AGEN POKER QQ
Milepoker
CUCUPOKER

SEX DANGAN MERTUA KU YANG GANAS


BERITASEX-saya seseorang pria biasa, hobbyku berolah raga, besar badanku 178 centimeter dengan bobot tubuh 75 kilogram, 3 tahun yang kemudian aku menikah serta menetap di rumah mertuaku. Hari- hari lalu kami lewatkan tanpa terdapatnya halangan meski hingga dikala ini kami memanglah belum dianugrahi seseorang anak pasangan hidup kita berdua.

Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya modul ataupun kehidupan seks kami. Namun memanglah nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seseorang momongan.

Di rumah itu kami tinggal bertiga, saya dengan istriku serta Bunda dari istriku. Kerap saya kembali lebih dahulu dari istriku, sebab saya kembali naik kereta sebaliknya istriku naik kendaraan universal. Jadi kerap pula saya berdua di rumah dengan mertuaku hingga dengan istriku kembali.

Mertuaku berusia dekat kurang lebih 45 tahun, namun ia sanggup menjaga badannya dengan baik, aktif dengan aktivitas sosial serta bersenam bersama Ibu- Ibu yang yang lain. Kadangkala kerap kulihat Bunda mertuaku gunakan pakaian tidur tipis serta tanpa BH, memandang wujud badannya yang masih cukup dengan kulitnya yang putih membuatku kadangkala dapat lenyap ide sehat.


Sempat sesuatu hari, berakhir Bunda mertua berakhir mandi cuma memakai sehelai handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Gak lama ia keluar kamar mandi telpon berdering, sesampai dekat telpon nyatanya Bunda mertuaku telah mengangkatnya, dari balik kulihat wujud pangkal pahanya hingga ke dasar kakinya begitu bersih tanpa terdapat sisa guratan sedikitpun.

Saya tertegun diam memandang kaki Bunda mertuaku, dalam hati berpikir“ Kok, udah tua begini masih lembut aja ya..?”.

Saya terhentak kaget begitu Bunda mertuaku menyimpan gagang telpon, serta saya langsung berhambur masuk kamar, ambil handuk serta mandi. Berakhir mandi saya membuat kopi serta langsung duduk di depan Televisi nonton kegiatan yang cukup buat ditonton.

Gak lama Bunda mertuaku nyusul ikutan nonton sembari ngobrol denganku.

“ Gimana kerjaanmu, baik- baik saja” tanya Bunda mertuaku.

“ Baik, Bu. Lho Bunda sendiri gimana” tanyaku kembali.

Kami ngobrol hingga istriku tiba serta turut gabung ngobrol dengan kira berdua.

Malam itu, jam 11. 30 malam saya keluar kamar buat minum, kulihat Televisi masih menyala serta kulihat Bunda mertuaku tertidur di depan Televisi. Rok Bunda mertuaku tersibak hingga celana dalamnya nampak sedikit. Kulihat kakinya begitu lembut, kuintip roknya serta terlihatlah gumpalan daging yang ditutupi celana dalamnya.

Pengen banget rasanya kupegang serta kuremas Miss V Bunda mertuaku itu, namun buru- buru saya ke dapur ambil minum kemudian bawa ke kamar. Saat sebelum masuk kamar sembari berjalan pelan kulirik Bunda mertuaku sekali lagi serta burungku langsung turut bereaksi pelan.

Saya masuk kamar serta coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Saya telat bangun, kulihat istriku telah tidak terdapat.

Langsung saya berlari ke kamar mandi, berakhir mandi sembari mengeringkan rambut yang basah saya berjalan pelan serta tanpa terencana kulihat Bunda mertuaku berubah pakaian di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Saya kembali diam tertegun memandang totalitas wujud badan Bunda mertuaku. Hanya sebentar saya masuk kamar, berubah baju kerja serta lekas berangkat.

Hari ini saya kembali kilat, di kantor pula tidak terdapat lagi kerjaan yang saya wajib kerjakan. Hingga di rumah saya langsung mandi, membuat kopi serta duduk di pinggir kolam ikan. Lagi asik ngeliatin ikan seketika kudengar suara teriakan, saya berlari mengarah suara teriakan yang berasal dari kamar Bunda mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar.

Kulihat Bunda mertuaku berdiri diatas kasur sembari teriak“ Awas tikusnya keluar..!” tandas Bunda mertuaku.

“ Mana terdapat tikus” gumanku.

“ Lho.. kok pintunya dibuka terus” Bunda mertuaku kembali menegaskan.

Sembari kututup pintu kamar kubilang“ Mana.. mana tikusnya..!”.

“ Coba kalian amati dibawah kasur ataupun disudut situ..” kata Bunda mertuaku sembari menunjuk meja riasnya.

Kuangkat seprei kasur serta memanglah tikus kecil mencuit sembari melompat kearahku. Saya turut kaget serta lompat ke kasur. Bunda mertuaku tertawa kecil memandang tingkahku serta berkata“ Kalian khawatir pula ya?”.

Sembari berguman kecil kembali kucari tikus kecil itu serta sesekali melirik ke arah Bunda mertuaku yang lagi memegangi rok serta terangkat itu. Lagi enak- enaknya mencari seketika Bunda mertuaku kembali teriak serta melompat kearahku, nyatanya tikusnya terdapat di atas kasur. Bunda mertuaku mendekapku dari balik, dapat kurasakan payudaranya melekat di punggungku, hangat serta terasa kenyal- kenyal. Kuambil kertas serta kutangkap tikus yang udah mulai kecapaian itu trus kubuang keluar.

“ Udah dibuang keluar belum?” tanya Bunda mertuaku.

“ Telah, Bu.” jawabku.

“ Kalian cek lagi, bisa jadi masih terdapat yang lain.. soalnya Bunda dengar suara tikusnya terdapat 2” tegas Bunda mertuaku.

“ walah, tikus maen pake ajak temen seluruh!” gumamku.

Saya kembali masuk ke kamar serta kembali mengendus- endus dimana temennya itu tikus semacam yang dibilang Bunda mertuaku.

Bunda mertuaku duduk diatas kasur sebaliknya saya padat jadwal mencari, begitu mencari di dasar kasur kayaknya tanganku terdapat yang meraba- raba diatas kasur. Saya kaget serta kesentak tanganku, nyatanya tangan Bunda mertuaku yang merabanya, saya pikir temennya tikus tadi. Bunda mertuaku tersenyum serta kembali meraba tangaku. Saya memandang aneh peristiwa itu, kubiarkan ia merabanya terus.

“ Gak terdapat tikus lagi, Bu..!” kataku.

Tanpa mengatakan apapun Bunda mertuaku turun dari kasur serta langsung memelukku. Saya kaget serta panas dingin.

Dalam hati saya mengatakan“ Mengapa nih orang?”.

Rambutku dibelai, diusap semacam seseorang anak. Dipeluknya ku erat- erat semacam khawatir kehabisan.

“ Bunda mengapa?” tanyaku.

“ Ah.. tidak! Bunda hanya ingin membelai kalian” jawabnya.

“ Udah ya.. Bu, belai- belainya..!” kataku.

“ Mengapa, kalian tidak suka dibelai sama Bunda” jawab Bunda mertuaku.

“ Bukan tidak suka, Bu. Cumakan..?” tanyaku lagi.

“ Hanya apa, mari.. hanya apa..!?” potong Bunda mertuaku.

Saya diam saja, dalam hati supaya sajalah tidak terdapat ruginya kok dibelai sama ia.

Bunda mertuaku terus membelaiku, rambut trus turun ke leher sembari dicium kecil. Saya merinding menahan geli, Bunda mertuaku terus bergerilya menyusuri tubuhku. Kaosku dinaikan serta dibukanya, pentil dadaku dipegang, diusap serta dicium.

Kudengar napas Bunda mertuaku kian tidak beraturan. Dituntunnya saya keatas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana.

Dalam hati saya berpikir“ Jangan- jangan Bunda mertuaku lagi kesepian serta memohon disayang- sayang ama pria”.

Saya tidak berani berperan ataupun turut melaksanakan semacam Bunda mertuaku jalani kepada aku. Saya diatas ranjang dengan posisi terlentang, kulihat Bunda mertuaku terus masih mengusap- usap dada serta bagian perutku.

Dicium serta terus dielus, saya menggelinjang pelan serta mengatakan“ Bu, telah ya..”.

Ia diam saja serta tangan kananya masuk ke dalam celanaku, saya merengkuh pelan. Tangan kirinya berupaya buat merendahkan celana pendekku. Saya beringsut buat menolong merendahkan celana pendekku, tidak lama celanaku telah lepas berikut celana dalamku.

Burungku telah berdiri kencang, tangan kanan Bunda mertuaku masih memegang burungku serta menoleh kepadaku sembari tersenyum mesum. Kepala burungku diciumnya, tangan kirinya memijit bijiku, saya tidak tahan dengan gerakan yang terbuat Bunda mertuaku.

“ Ah, ah.. hhmmh, teruss..” itu saja yang keluar dari mulutku.

Bunda mertuaku terus melanjutkan permainannya dengan mengulum burungku. Saya betul- betul terbuai dengan kelembutan yang diberikan Bunda mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Bunda mertuaku yang bergerak naik turun.

Bibirnya betul- betul lembut, gerakan kulumannya begitu pelan serta tertib. Saya merasa semacam disayang, dicintai dengan Bunda mertuaku.

“ Ah, Bu.. saya tidak tahan lagi Bu..” jelasku.

“ Hhmm.. mmh, heh..” suara Bunda mertuaku menjawabku.

Gerakan kepala Bunda mertuaku masih pelan serta tertib. Saya kian menggelinjang dibuatnya. Badanku menekuk, meliuk serta bergetar- getar menahan gejolak yang tidak tahan kurasakan. Serta tidak lama badanku mengejang keras.

Kurasakan nikmat yang amat sangat kurasakan, kulihat Bunda mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan burungku dengan kedua tangannya yang memegang batang burungku. Ia melihatku dengan tatapan sayunya serta setelah itu kembali menciumi burungku, geli yang kurasakan hingga ke ubun- ubun kepala.

“ Banyak banget kalian keluarnya, Do..!” tanyaku Bunda mertuaku.

Saya terdiam lemas sembari memandang Bunda mertuaku tiba menghampiriku serta memelukku dengan mesra. Saya balas pelukannya serta kucium dahinya. Kubantu ia mensterilkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan memakai kaosku tadi. Saya duduk diranjang, telanjang bundar serta menghirup rokok. Lagi Bunda mertuaku, berbaring dekat dengan burungku.

“ Mengapa jadi begini, Bu..?” tanyaku.

“ Bunda hanya pengen aja kok..” jawab Bunda mertuaku.

Saya belai rambutnya serta kuelus- elus ia sembari mengatakan“ Bunda ingin pula.?”.

Ia menggangguk pelan, kumatikan rokokku serta terus kucium bibir Bunda mertuaku. Ia balas ciumanku dengan mesra, saya memandang jenis Bunda mertuaku tidaklah jenis yang haus hendak seks, ia haus hendak kasih sayang. Berhubungan badanpun kayaknya bahagia yang pelan- pelan bukannya semacam srigala lagi masa kawin.

Saya turut pola game Bunda mertuaku, pelan- pelan kucium ia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher serta balik kupingnya, dari sana saya ciumi terus ke arah dadanya.

Kubantu ia membukakan pakaiannya, kulepas seluruh pakaiannya. Kali ini saya betul- betul memandang seluruhnya, payaudaranya masih sedikit menegang, tubuhnya masih bersih buat seumurannya, kakinya masih bagus sebab kerap senam dengan sahabat arisannya.

Kuraba serta kuusap seluruh tubuhnya dari pangkap paha hingga ke payudaranya. Saya kembali ciumi ia dengan pelan serta beraturan. Payudaranya kupegang, kuremas pelan serta lembut, kucium putingnya serta kudengar desahan nafasnya.

Kunikmati dengan pelan segala wujud badannya dengan mencium serta membelai tiap inchi bagian badannya. Puas di dada saya terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya dan memainkan ujung lidahku dengan putaran lembut membuat ia kejang- kejang kecil.

Tangannya terus meremas serta menjambak rambutku. Hingga kesimpulannya bibirku mencium wilayah berbulu miliknya, kucium aroma vaginanya dan kujilati bibir vaginanya.

“ Oucchh.. terus sayang, kalian lembut sekali.. tee.. teruss..” kudengar suaranya pelan.

Kumainkan ujung lidahku menyusuri bilik vaginanya, kadangkala masuk kadangkala menjilat membuat ia semacam ujung kenikmatan luar biasa. Setelah itu ditariknya kepalaku serta melumat bibirku dengan panas. Ia kembali menidurkan saya serta terus ia menaikiku.

Dipegangnya kembali burungku yang telah kembali siap melanda. Ditunjukan burungku ke lobang vaginanya serta slepp.. masuk telah segala batangku ditelan Miss V Bunda mertuaku. Dinaikan serta digoyang memutar- mutar vaginanya buat memperoleh kenikmatan yang ia mau.

“ Ah.. uh, nikmat banget ya..!” kata Bunda mertuaku.

Dengan gerakan semacam itu tidak lepas kuremas payudaranya dengan pelan sesekali kucium serta kujilat.

“ Aduh, Bunda tidak tahan lagi sayang..” kata Bunda mertuaku.

Saya coba turut menolong ia buat memperoleh kepuasan yang dahulu bisa jadi sempat ia rasakan saat sebelum denganku. Gerakannya kian kilat dari tadinya, serta ia menyudahi sembari mendekapku kembali. Kurangkul ia serta terus menggoyangkan batang burungku yang masih didalam dengan naik turun.

“ Ahh.. ah.. ahhss..” desah Bunda mertuaku.

Kupeluk ia sembari kuciumi bibirnya. Ia diam serta senantiasa diatas dalam dekapanku.

“ Lezat ya.. Bu. Ingin lagi..?” tanyaku.

Ia menoleh tersenyum sembari telunjuknya mencoel ujung hidungku.

“ Mengapa? Kalian ingin lagi?” canda Bunda mertuaku.

Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan- gerakan panas, kuangkat Bunda mertuaku serta saya menidurkan sembari menciumnya kembali. Kutuntun ia buat bermain di posisi yang lain. Kuajak ia berdiri di samping ranjangnya.

Kayaknya ia bimbang ingin diapain. Namun buat menutupi kebingunggannya kucium tengkuk lehernya serta menjilati kupingnya. Kuputar tubuhnya buat membelakangiku, kurangkul ia dari balik. Tangan kanannya memegang batang burungku sembari mengocoknya pelan.

Kuangkat kaki kanannya serta terus kupegangi kakinya. Kayaknya ia paham gimana kita hendak bermain. Tangan kanannya menuntun burungku ke arah vaginanya, pelan serta tentu kumasukkan batang burungku serta masuk dengan lembut.

Bunda mertuaku merengkuh nikmat, kutarik serta kudorong pelan burungku sembari menjajaki gerakan pantat yang diputar- putar Bunda mertuaku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan- pelan, masuk keluar serta kian kepeluk Bunda mertuaku dengan pelukan serta ciuman di tengkuk lehernya.

“ Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!” suara Bunda mertuaku pelan kudengar.

“ Bunda keluar lagi.. Do..” kata Bunda mertuaku.

Kian kutambah kecepatan sodokan batangku serta..,“ Acchh..” Bunda mertuaku berteriak kecil sembari kupeluk ia. Badannya bergetar lemas serta langsung jatuh ke kasur. Kubalik badannya serta kembali kumasukkan burungku ke vaginanya.

Ia memelukku serta menjepit pinggangku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun membuat Bunda mertuaku kian meringkih kegelian.

“ Mari Dodo, kalian lama banget sih.. Bunda geli banget nih..” kata Bunda mertuaku.

“ Dikit lagi, Bu..!” sahutku.

Bunda mertuaku menolong dengan menaikkan gerakan erotisnya. Kurasakan kenikmatan itu tiba tidak lama lagi. Tubuhku bergetar serta mengencang sedangkan Bunda mertuaku memutar pantatnya dengan kilat. Kuhamburkan segala cairanku ke dalam vaginanya.

“ Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya” kataku.

Bunda mertuaku memelukku dengan kencang tetapi lembut.

“ Waduh banyak pula kayaknya kalian keluarkan cairanmu buat Bunda..” kata Bunda mertuaku.

Saya terkulai lemas serta tidak berdaya disamping Bunda mertuaku. Tangan Bunda mertuaku memegang batang burungku sembari memainkan sisa cairan di ujung batang burungku. Saya kegelian begitu tangan Bunda mertuaku negusap kepala burungku yang telah kembali menciut. Kucium bibir Bunda mertuaku pelan serta terus keluar kamar terus mandi lagi.

Sejak hari itu saya kerap mengingat peristiwa itu. Telah 4 hari Bunda mertuaku berangkat dengan sahabatnya kegiatan jalan- jalan dengan koperasi Ibu- Ibu di wilayah itu. Jam 05. 00 sore saya telah terdapat di rumah, kulihat rumah hening semacam umumnya.

Saat sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat kamar mandi terdapat yang mandi, saya bertanya“ Siapa didalam?”.

“ Bunda! Kalian telah kembali Do..” balas Bunda mertuaku.

“ O, iya. Kapan sampainya Bu?” tanyaku lagi sembari masuk kamar.

“ Baru separuh jam hingga!” jawab Bunda mertuaku.

Kuganti pakaianku dengan baju rumah, celana pendek serta kaos oblong. Saya berjalan hendak mengambil handukku buat mandi. Begitu handuk telah kuambil saya berjalan lagi ke kamar ingin tidur- tiduran dahulu saat sebelum mandi.

Melalui pintu kamar mandi kulihat Bunda mertuaku keluar kamar mandi dengan memakai handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Saya menunduk coba buat tidak melihatnya, namun ia terencana malah menubrukku.

“ Kalian ingin mandi ya?” tanya Bunda mertuaku.

“ Iya, emang Bunda ingin mandi lagi”? candaku.

Ia langsung peluk saya serta cium pipi kananku sembari berbisik ia katakan“ Ingin Bunda mandiin tidak!”.

“ Eh, Bunda. Emang balita pake dimandiin seluruh” balasku.

“ Mari mari.. supaya bersih mandinya..” jawab Bunda mertuaku sembari menarikku ke kamar mandi.

Hingga kamar mandi saya taruh handukku sebaliknya Bunda mertuaku menolong melapaskan bajuku. Saat ini saya telanjang bundar, serta langsung mengguyur badanku dengan air.

Bunda mertuaku melepaksan handuknya serta kita telah betul- betul telanjang bundar bersama. Burungku mulai naik pelan- pelan memandang atmosfer yang semacam itu.

“ Eh, belum diapa- apain telah berdiri?” kata Bunda mertuaku sembari nyubit kecil di burungku.

Saya mengisut malu- malu diperlakukan semacam itu. Kuambil sabun serta kugosok badanku dengan sabun mandi. Kita bercerita- cerita tentang hal- hal yang kita jalani sebagian hari ini. Sang Bunda menceritakan tentang sahabatnya sebaliknya saya menceritakan tentang pekerjaan serta area kantorku.

Bunda mertuaku terus menyabuni saya dengan lembut, kayaknya ia jalani betul- betul mau membuatku mandi kali ini bersih. Saya terus saja menceritakan, Bunda mertuaku terus menyabuni saya hingga ke pelosok- pelosok tubuhku. Burungku dipegangnya serta disabuni dengan hati- hati serta lembut.

Berakhir disabun saya guyur kembali badanku serta telah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu ingin gunakan celana Bunda mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya. Saya lilitkan handukku serta setelah itu ditariknya tanganku ke kamar tidur Bunda mertuaku.

Hingga di kamar saya didorongnya ke kasur serta lekas ia menutup pintu kamarnya. Saya tersenyum melihatnya semacam itu, ia lepaskan handuk di tubuhnya serta di badanku. Burungku memanglah telah nyaris total berdiri.

Selepasnya handukku ia langsung mengulum burungku, saya terdiam melihatnya bergairah semacam itu. Hanya sebentar ia ciumi burungku, langsung ia menaikku serta memasukkan burungku ke vaginanya. Dalam hati saya berpikir jika Bunda mertuaku memanglah telah kangen banget melaksanakannya lagi denganku.

Ia angkat serta ia turunkan pantatnya dengan gerakan yang normal. saya pegang serta remas- remas payudaranya membuat ia semacam terbang keawang- awang.

Gerakannya kian kilat serta bersuara dengan pelan“ Oh.. oh,. ahcch..”.

Serta tidak lama setelah itu tubuhnya mengencang kencang serta jatuh ke pelukkanku.

Kupeluk ia erat- erat sembari berkata“ Waduh.. lezat banget ya?”.

“ He- eh, lezat” balasnya.

“ Emang ngeliat siapa disitu hingga begini?” tanyaku.

“ Ah, tidak ngeliat siapa- siapa, hanya kangen aja..” balas Bunda mertaku.

Kali ini saya kembali bergerak, kuciumi ia terlebih dulu sembari kuremas payudaranya. Kubuat ia mendesah geli serta kubangkitkan lagi gairahnya kembali. Hingga di wilayah vaginanya, kujilati bilik vaginanya sembari memainkan lobang vaginanya.

Bunda mertuaku kadangkala merapatkan kakinya mendekapkan wajahku buat masuk ke vaginanya.

“ Mari ah.. kalian ngebuat Bunda edan nanti” kata Bunda mertuaku.

Saya beranjak berdiri serta menidurnya sembari memusatkan burungku masuk ke dalam vaginanya. Pelan- pelan saya goyangkan burungku, kadangkala kutekan pelan dengan irama- irama lembut.

Tidak lama masuk telah burungku ke dalam serta Bunda mertuaku mendesis seperti ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan serta kutekan kembali burungku masuk ke dalam vaginanya.

Saya terus bergerak monoton dengan ciuman- ciuman sayang ke arah bibir Bunda mertuaku. Bunda mertuaku cuma menghasilkan desahan- desahan dengan matanya yang merem melek. Kulihat ia begitu nikmat merasakan burungku terdapat dalam vaginanya.

Ia jepit pinggangku dengan kedua kakinya buat membantuku menekan batang burungku yang sedari tadi masih terus mengocok lobang vaginanya.

“ Saya tidak kokoh, Do..” desah bunda mertuaku.

Saya terus menjadi menaikkan kecepatan gerakanku terlebih sehabis Bunda mertuaku memintaku buat keluar berbarengan, saya menggeliat menaikkan erotis gerakanku.

“ Acchh.. sshh.. ah.. oh” desah Bunda dengan dibarengi pelukannya yang kencang ke badanku.

Seketika kurasakan cairanku turut keluar serta terus keluar masuk ke dalam Miss V Bunda mertuaku. Saya betul- betul puas terbuat Bunda mertuaku, kayaknya cairanku betul- betul banyak keluar dekameter membasahi lubang serta bilik Miss V Bunda mertuaku.

Bunda mertuaku masih memelukku erat serta menciumi leherku dengan kelembutan. Saya beranjak bangun serta mencabut batang burungku, kulihat banyak cairan yang keluar dari lobang Miss V Bunda mertuaku.

“ Bisa jadi tidak ketampung makanya tumpah”, kataku dalam hati.

Saya pamit serta langsung ke kamar mandi mensterilkan tubuh dan burungku yang penuh dengan keringat dan sisa mani di batangku.

Seperti itu terakhir kali kami melaksanakan perbuatan itu bersama. Sesungguhnya saya berupaya buat menjauh, namun kita cumalah manusia biasa yang sangat gampang tergoda dengan perihal itu. Bunda mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, saya ketahui iktikad serta tujuannya.

Namun istriku tidak menerimanya serta berprasangka kalau istriku tidak sanggup melindungi ibunya yang satu itu.
AGEN POKER QQ