Percumbuanku dengan Hasan terus bersinambung tanpa sempat terdapat halangan yang betul- betul mengusik,
semacam bila suamiku tiba dari kota tempat ia bekerja, ataupun“ tamu” perempuan yang tiba teratur masing- masing bulannya. Tiap kali bercumbu dengannya saya senantiasa memperoleh kenikmatan orgasme yang tidak terhingga, mulai dari style yang baru hingga tempat- tempat yang sepanjang ini tidak sempat kukira hendak bisa melaksanakan ikatan sex di situ sampai itu membuatku terus menjadi merasa terikat serta susah buat bisa lepas darinya.
Salah satu tempat yang sangat berkesan olehku merupakan dikala kami berdua melaksanakannya di rumah orang tuaku. Itu seluruh berawal dari keberangkatan kedua orang tuaku kekota Bpp sebab terdapat keluarga yang hendak menikah, rencananya mereka hendak menginap satu malam di situ. Atas permintaan Tita, saya serta kedua anakku dimohon bermalam sebab ia khawatir jika wajib sendirian. Tidak hanya itu atas izin bapak kami, Hasan dimohon Tita buat bermalam serta keberadaanku di situ berperan buat melindungi jika hingga mereka kelepasan.

“ Geser dikit San.. Kalian amati Tita tidak..?” tanyaku padanya.
“ Telah tidur Kak..” jawab Hasan sembari duduk.
“ Tumben telah pulas jam segini.. Umumnya pula jam 10? komentarku.
Hasan tersenyum mendengar perkataanku, kemudian ia merapatkan posisi duduknya ke tubuhku. Sedangkan matanya memandang tajam ke arahku dari atas hingga ke dasar. Walaupun ketahui lagi dipelototi saya pura- pura cuek sembari menyaksikan Televisi.
Malam itu saya menggunakan T- shirt tipis tanpa lengan yang lebih mirip singlet corak putih dengan dalaman BH corak gelap. T- shirt itu agak longgar, tetapi tidak bisa menyembunyikan wujud lekukan yang menonjol di dadaku. Tipisnya kain T- shirt serta BH yang kupakai membuat wujud puting tetekku secara samar dapat nampak. Dengan belahan dada T- shirt yang rendah membuat kedua tetekku hendak nampak dengan jelas bila lagi membungkuk sedikit saja.
Bawahanku merupakan celana ketat selutut yang pula corak putih. Celana ketat itu memamerkan keelokan garis tubuhku pada bagian dasar. Lekukan pinggul serta pantatku yang sekal tercetak secara nyata di celana yang kukenakan dikala itu. Sesungguhnya saya mengenakan seluruh itu buat mengasyikkan Hasan, tetapi saya tidak ingin mengatakannya sebab saya terencana mau buatnya jadi panas dingin. Tidak hanya itu saya tidak terdapat rencana buat bercinta dengannya sebab keadaan yang kurang menunjang, apa ingin dikata rencana tinggal rencana.
“ Kakak seksi banget malam ini.. Saya jadi terangsang nih” bisik Hasan di telingaku sebelah kiri.
“ Jangan San.. ini di rumah bapak..” saya menolak sembari mendesak dadanya dengan kedua tanganku.
“ Tidak apa Kak.. Toh mereka pula tidak bakal ketahui..” kata Hasan sembari meremas tetekku.
“ Mmmh.. Tetapi.. Terdapat.. Tita di kamar.. Kalo ia.. Akkh.. Bangun.. Gimana..?” ujarku sembari berupaya menahan kedua tangannya yang berupaya menelusup ke dalam T- shirt yang saya kenakan.
“ Tenang aja Kak.. Saya udah masukin obat tidur ke dalam teh yang ia minum tadi.. Kalo kakak tidak ingin.. Saya tidur sama Tita aja dah..”
Mendengar perkataannya itu, saya kaget bukan kepalang. Tidak hanya permasalahan obat tidur, saya khawatir jika Hasan hendak betul- betul meniduri Tita malam ini. Selang sebagian waktu saya tenggelam dalam pikiranku,
serta dikala saya siuman nyatanya tubuhku bagian atas tinggal tertutup oleh BH yang kaitannya telah
terlepas.
“ Oke San.. Kakak ingin.. Tetapi jangan disini..” pintaku pada Hasan.
“ Terserah kakak aja..” kata Hasan sembari menghentikan kegiatannya.
“ Separuh jam lagi kalian masuk ke kamar.. Kakak ingin siap- siap dahulu..”
Hasan mengangguk, kemudian mengangkut badannya yang lagi menindihku yang telah separuh telanjang.
Sehabis menggunakan kembali BH serta T- Shirt yang tadi dipreteli oleh Hasan, saya langsung berdiri. Dikala hendak melangkah, seketika Hasan merangkul pinggulku, kepalanya langsung tenggelam di pangkal pahaku sedangkan kedua tangannya meremas pantatku. Saya mendesah dikala merasakan lidahnya yang menusuk- nusuk celana tipis yang kukenakan. Selang 5 menit setelah itu Hasan membebaskan tubuhku serta membiarkan saya berjalan ke kamar.
Masuk ke kamar orang tuaku, pintu langsung kututup serta kulepaskan seluruh kain yang menempel di tubuhku setelah itu dengan separuh berlari saya masuk ke wc yang ada di kamar tersebut. Kuambil sabun sirih spesial buat mensterilkan perlengkapan vital perempuan kemudian kubersihkan kelaminku dengan sabun itu.
Dekat 10 menit setelah itu saya keluar serta langsung duduk di meja rias ibuku. Kuperhatikan tubuhku di kaca, sejoli tetek berdimensi 34B yang montok serta kenyal menggelantung indah serta menggairahkan. Kuturunkan mataku ke dasar, memekku yang merah nampak dengan jelas tanpa tersendat oleh rambut kemaluan yang baru berkembang pendek. Itu sebab sebagian hari yang kemudian rambut itu sudah dicukur habis oleh suamiku.
Kuambil parfum spesial perempuan kepunyaan bunda serta kusemprotkan ke sebagian bagian badan. Segala bagian leher, ketiak, tetek, perut serta paha. Seluruh itu merupakan bagian badan yang biasa dijilat Hasan bila lagi mencumbuku. Tanpa menggunakan dalaman, kukenakan kimono tidur kepunyaan ibuku serta mengikat tali di pinggangnya. Kukecilkan volume sinar kamar supaya jadi lebih romantis. Dikala hendak bercinta dengan suami saja saya tidak sempat melaksanakan persiapan semacam dikala itu, Hasan betul- betul sudah membiusku.
Sehabis itu saya naik ke atas kasur. Kupeluk guling sembari menunggu Hasan masuk, saya merasa deg- degan semacam dikala lewat malam pertamaku dengan suami.
Selang sebagian waktu setelah itu kudengar pintu kamar diketuk, kupejamkan mata sembari bergulung ke arah kanan. Setelah itu terdengar suara pintu dibuka kemudian ditutup kembali, suara langkah kaki terdengar mendekat ke arahku. Hasan memanggil- manggil namaku, tetapi saya pura- pura tertidur serta tidak menjawabnya.
Kurasakan kasur agak bergerak, warnanya Hasan telah naik ke atasnya. Tangannya memegang bahuku serta menggoyangnya, saya masih berpura- pura tertidur. Setelah itu ia mengganti posisi tubuhku dengan menelentangkannya, guling yang lagi kupeluk diambilnya. Sehabis itu terasa tali kimonoku ditariknya, serta dikala Hasan membuka kimono yang kukenakan, hawa dingin ruangan menusuk tubuhku bagian depan. Tidak terdapat gerakan sehabis itu, tetapi saya percaya jika dikala ini Hasan lagi memandangi tubuhku bagian depan yang telah terbuka lebar.
Sepanjang sebagian dikala saya tidak merasakan terdapat gerakan, ini membuatku hendak membuka mata sebab penasaran. Seketika saya merasakan angin hangat pada pangkal pahaku, kubuka mataku sedikit, nyatanya angin hangat tadi diakibatkan oleh Hasan yang bernafas di selangkanganku. Tentu ia lagi menikmati wangi sabun sirih yang kupakai barusan. Hembusan napas dari hidungnya bertiup ke arah pintu liang memekku. Ini memunculkan sensasi nikmat tertentu dalam tubuhku.
Hasan terus menghembuskan nafasnya di bagian dasar perutku, rasa geli serta nikmat bercampur jadi satu serta memicu tubuhku. Saya berupaya bertahan serta melawan kenikmatan yang terus melanda, tetapi tubuhku mengatakan lain. Kurasakan terdapat cairan hangat yang mengalir keluar dari memekku,
sementara itu Hasan cuma menghembuskan napas saja tanpa melaksanakan penetrasi yang lain.
Bersamaan keluarnya cairan hangat dari memekku, hawa hangat dari hidung Hasan mulai naik ke atas. Hawa itu berputar- putar sejenak di lubang pusar, setelah itu menjelajahi tiap jengkal kedua tetekku, bergerak ke atas lagi sampai ke leher. Di mari ia bergerak bolak- balik dari kanan ke kiri. Seluruh perbuatan Hasan itu membuatku terus menjadi terangsang serta nyaris saja kehabisan kontrol,
berulang kali saya mau mengerang dikala hidungnya menggesek- gesek puting tetekku.
“ Hingga kapan ingin tidur Kak..?” bisik Hasan di kuping kiriku sedangkan salah satu tangannya memelintir puting tetekku sebelah kanan.
“ Aucch.. Sshh.. Ampuun Saan.. Saya dah banguunn” erangku sembari membuka kedua kelopak mata.
Astaga nyatanya Hasan telah cuma menggunakan CD. Wajah Hasan nampak jelas sekali di hadapanku, terdapat senyum bandel penuh kemenangan di situ. Kubalas senyumnya serta dengan penuh hasrat kulingkarkan kedua tanganku di lehernya. Kutarik wajah Hasan lebih mendekat ke arahku hingga bibir kami berdua berjumpa serta langsung beradu.
Bibir Hasan langsung saja melumat bibirku seolah mau menelannya, lidahnya menusuk ke dalam rongga mulutku serta mencari- cari lidahku. Saya tidak ingin kalah, kujulurkan lidahku buat menggelitik rongga mulut Hasan, dia terpejam merasakan seranganku. Tetapi ia tidak membiarkan saya mengatur game kami malam itu, ia membebaskan ciumannya dari bibirku serta menciumi wajahku semau hati. Sesekali ia mengulum bibirku, kemudian menjilati wajahku. Saya terus menjadi mengeratkan rangkulan tanganku pada lehernya. Mau rasanya saya menjerit sekeras bisa jadi dikala merasakan cumbuannya yang terus menjadi liar saja, sehabis menggerayang ke leher bibirnya terus turun sampai hingga ke atas tetekku. Saya menahan napas manakala bibirnya mulai menciumi kulit di seputar tetekku. Lidahnya menari- nari dengan leluasa menelusuri kemulusan kulit sejoli tetekku yang sekal serta menggairahkan.
Napas Hasan menderu terus menjadi kencang diiringi suara kecipak mulutnya yang dengan penuh hasrat melumat tetekku yang montok seakan mau merasakan tiap inci kekenyalannya.
Dari bibirku meluncur desisan serta rintihan nikmat, sedangkan tanganku meremas rambut Hasan serta menekan kepalanya ke dadaku. Rangsangan maha dahsyat menghajar tubuhku manakala bibir Hasan mulai menjilat serta mengulum puting tetekku yang sudah membeku. Dengan lihai lidahnya menyapu segala permukaan putingku secara bergantian, saya mengerang halus masing- masing kali bibir Hasan menyudahi di salah satu puting tetekku. Setelah itu dia mulai menyedot- nyedot putingku yang malang itu saat sebelum mengakhirinya dengan suatu gigitan halus serta menariknya lama- lama dengan giginya yang putih.
Dikala Hasan melaksanakan itu, puting tetekku yang lain tidak dibiarkannya menganggur begitu saja. Dengan bandel jari- jari tangan Hasan memilin serta memelintir puting tetekku ini. Serta bila ia sudah menggigit salah satu di antara lain, hingga tangannya hendak memijat puting yang lain serta menariknya dengan penuh gairah. Serta itu dicoba Hasan bergantian kepada kedua puting tetekku secara berulang- ulang.
Perbuatannya itu kian membuatku kurang ingat daratan serta serasa melayang- layang di awan di Rumah Orang Tuaku 2
“ Saann..!” Jeritku lirih memanggil namanya dikala buat yang berulang kali, puting tetekku disedotnya kuat- kuat.
Saya menggelinjang kegelian. Hisapan itu nikmat luar biasa. Selangkanganku terus menjadi basah serta meradang. Tubuhku menggeliat- geliat bagai ular kepanasan mengimbangi game lidah serta bibir Hasan di tetekku yang terasa terus menjadi menggelembung keras.
“ Oohh Kak.. Teteknya bagus banget.. Mmphh.. Wuih.. Montok banget..” rayu Hasan sembari terus memainkan sejoli tetekku.
Tubuhku terus menyongsong hangat tiap kecupan mesra bibirnya. Badanku melengkung serta dadaku kubusungkan buat mengejar kecupan bibir Hasan. Kemudian kudorong kepala Hasan ke dasar menyusur perutku. Ia paham dengan apa yang kuinginkan dikala ini. Dengan napas menggebu- gebu, dia mulai bergerak. Kedua tangan Hasan menyelusup ke dasar tubuhku serta mencekal pinggang, mengangkut pinggulku serta meloloskan kimono yang tersangkut di dasar setelah itu mencampakkannya entah ke mana. Saat ini saya betul- betul telanjang bundar tanpa sehelai benang juga yang membatasi. Kulirik Hasan yang terpesona memandangi ketelanjanganku. Gairahku terus menjadi meletup memandang tatapan penuh birahi Hasan,
membuatku begitu bangga serta tersanjung. Walaupun telah kerap melihatnya, senantiasa saja Hasan terkagum- kagum bila melihatku dalam kondisi telanjang semacam ini. Mataku melirik ke dasar memandang benjolan keras di balik CD- nya. Dadaku berdegup, selangkanganku berdenyut serta terus menjadi membasah oleh gairah membayangkan kontol keras dibalik CD- nya.
“ Saann.. Nnghh.. Jangan diliatin aja.. Dingin nih..” rengekku manja dengan style yang centil. Hasan semacam tersadar dari lamunannya, serta mulai beraksi lagi.
“ Abisnya tubuh kakak seksi banget sih.. Gak bosen saya ngeliat ni tubuh kalo lagi telanjang..” katanya seraya membebaskan CD sampai saat ini kami bersama telanjang.
Kulihat kontolnya yang keras itu meloncat keluar semacam terdapat pernya begitu lepas dari kungkungan CD. Mengacung tegang dengan gagahnya, besar serta panjang. Nampak olehku otot- otot melingkar di sekujur kontol itu. Saya telah tidak tabah lagi mau merasakan kekerasannya dalam genggamanku. Yang dimiiki Hasan ini membuat memiliki suamiku semacam kepunyaan anak kecil saja. Lekas kusambut badan Hasan yang menindih badanku lagi.
Saya langsung menyongsong hangat ciuman Hasan sembari merangkulnya dengan erat. Ciuman itu betul- betul membuatku terhanyut oleh gairah yang terus menjadi meninggi. Terlebih lagi dikala kurasakan kontol Hasan yang keras menggesek- gesek perutku, gairahku terus menjadi meledak- ledak dibuatnya. Hasan kembali menciumi tetekku, kurasakan serta kuresapi tiap remasan serta hisapannya dengan penuh kenikmatan. Saya tidak ingin berdiam saja diwanja semacam itu.
Dengan bandel tanganku menggerayang ke sekujur badan Hasan, bergerak lama- lama tetapi tentu ke arah kontolnya. Hatiku berdesir kencang dikala merasakan kontol nan keras itu dalam genggamanku,
kutelusuri mulai dari ujung hingga ke pangkalnya. Jemariku menari- nari lincah menelusuri urat- urat yang melingkar di sekujur kontolnya. Kudengar Hasan meringik panjang. Kuingin ia merasakan kenikmatan yang kuberikan. Ujung jariku menggelitik moncongnya yang telah licin oleh cairan. Lagi- lagi Hasan melenguh, kali ini lebih panjang.
Seketika saja ia membalikkan badannya, kepalanya persis terletak di atas selangkanganku sedangkan miliknya persis di atas wajahku. Kulihat kontol Hasan bergelantungan, ujungnya menggesek- gesek wajahku sampai dengan refleks mulutku langsung menangkap kontol itu. Kukulum pelan- pelan dengan penuh perasaan. Hasan kayaknya tidak ingin kalah dengan gerakanku yang kasar.
Lidahnya menjulur menelusuri garis memanjang bibir memekku.
Perihal ini membuatku kaget, tubuhku bergetar seolah diserbu listrik. Kurasakan darahku berdesir kemana- mana, sedangkan lidah Hasan bermain terus menjadi lincah. Menjilat, menusuk- nusuk, menerobos rongga rahimku. Ini membuatku semacam melayang- layang di atas awan. Nikmatnya sangat tidak terkira,
pinggulku tidak dapat diam menjajaki kemana jilatan lidah Hasan terletak. Tubuhku semacam dialiri listrik berkekuatan besar. Gemetar menahan desakan kokoh dalam tubuhku. Saya terus menjadi tidak tahan menerima bermacam kenikmatan yang terbuat oleh lidah Hasan. Perutku mengejang,
kakiku merapat, menjepit kepala Hasan. Segala otot- ototku mengencang, serta jantungku serasa menyudahi berdetak. Sekuat tenaga saya bertahan hingga kesimpulannya tubuhku tidak sanggup lagi menahan kenikmatan gelombang orgasme yang meledak- ledak.
Diiringi jeritan lirih serta panjang, tubuhku menghentak berulang kali menjajaki semburan cairan hangat dalam memekku. Saya terhempas di atas ranjang dengan badan lunglai tidak bertenaga. Lagi- lagi puncak kenikmatan orgasme yang kuraih bersama Hasan terasa dahsyat serta luar biasa.
“ Oohh.. Ssann.. Nghh.. Lezat sekali..” rintihku tidak kuasa menahan diri.
Kenapa kenikmatan semacam ini tidak dapat lagi kudapatkan dari suami yang sangat kucintai, yang terdapat cuma rasa menggantung bila lagi bercumbu dengannya. Semenatara Hasan membagikan kenikmatan tidak terhingga tiap kali kami bercinta. Sembari menetralisir nafasku yang naik- turun tidak karuan, kulihat Hasan tersenyum di dasar situ. Ia tentu sangat bangga dengan kehebatannya bercinta sebab senantiasa sanggup membuatku menggapai puncak kenikmatan orgasme yang sejati.
Hasan ketahui kalau suamiku tidak bisa memuaskan tubuhku semacam dikala ia mencumbuku. Saya tidak dapat berbuat banyak, sebab kuakui jika saya sangat membutuhkannya dikala ini. Memerlukan apa yang lagi kugenggam dalam tanganku ini, barang yang kesekian kali sudah membagikan kenikmatan lebih daripada apa yang kurasakan barusan. Hasan masih menjilati sisa- sisa cairan yang keluar dari memekku.
Jemariku meremas- remas kembali kontolnya. Kukocok lama- lama kemudian kumasukkan ke dalam mulutku, kukulum serta kujilat- jilat. Kurasakan badan Hasan meregang serta dari mulutnya keluar rintihan kenikmatan. Saya tersenyum melihatnya semacam itu, saya mau berikan kepuasan pada Hasan semacam ia sudah memuaskan tubuhku. Kulumanku terus menjadi panas, lidahku melata- lata liar di sekujur kontolnya.
Terdengar suara kuluman mulutku, sedangkan Hasan terus merintih- rintih keenakan. Ia menggerakkan badannya di atasku semacam lagi bersenggama, cuma saja dikala itu kontol kelaminnya menancap dalam mulutku. Kuhisap serta kusedot kuat- kuat, tetapi ia belum memperlihatkan isyarat hendak lekas menggapai klimaks. Mulutku mulai terasa kaku sebab keletihan sedangkan gairahku mulai bangkit kembali, memekku telah mulai mengembang serta basah lagi. Sedangkan kontol Hasan masih tegak dengan gagah perkasa, apalagi lebih keras.
“ Udah Kak.. Ubah posisi aja ya..” kata Hasan seraya membalikkan badannya dalam posisi biasanya bersetubuh.
Dasar pejantan tangguh pujiku dalam hati. Hasan memanglah piawai dalam bercinta, sementara itu baru sebulan kami berhubungan, ia telah sepandai ini, batinku. Ia tidak langsung memasukkan kontol kelaminnya dalam lubang memekku, namun digesek- gesekkan dulu di dekat bibir memekku. Dengan terencana dia menekan semacam hendak dimasukkan, namun setelah itu di gesekan kembali ke ujung atas bibir memekku sampai memegang itil. Ngilu, lezat serta entah apa rasanya.
“ Saann.. Aduuhh.. Aduuhh saann! Sshh.. Mmppffhh.. Mari saann.. Masukin aja.. Tidak tahann..” pintaku menjerit- jerit tanpa malu.
Saya nyaris menggapai orgasme lagi dikala membayangkan betapa nikmatnya dikala kontol Hasan yang perkasa itu mengisi memekku yang masih rapat serta singset terpelihara.
“ Udah tidak tahan ya.. Kak..” candanya sampai membuatku blingsatan menahan nafsu.
Saya gemas sekali melihatnya menggerenyotkan bibir semacam itu. Saya langsung menekan pantat Hasan dengan kedua tanganku sekuat tenaga. Hasan sama sekali tidak menyangka hendak perihal itu, dia tidak pernah lagi menahannya.
Hingga tidak ayal lagi kontol Hasan melesak ke dalam memekku. Saya lekas membuka
kedua kakiku lebar- lebar, berikan jalur seleluasa bisa jadi untuk kontol kelamin perkasa itu. Terasa kontol itu sangat sesak sehingga membuat memekku terkuak lebar- lebar.
Kulihat wajah Hasan terbelalak tidak menyangka hendak perbuatanku. Dia melirik ke dasar memandang segala kontolnya sudah terbenam dalam memekku. Saya tersenyum menyaksikannya, Hasan balas tersenyum.
“ Kakak bandel ya.. Awas.. Ntar saya buat mati keenakan.”
ucapnya.
“ Ingin doongg..” jawabku centil sembari memeluk badan kekarnya.
Hasan mulai menggerakkan pinggulnya, pantatnya kulihat naik turun dengan tertib. Kadang- kadang digoyang- goyangkan sehingga ujung kontolnya memegang segala relung- relung memekku. Saya ikut mengimbanginya, pinggulku berbalik penuh irama. Bergerak patah- patah, setelah itu berbalik lagi.
Efeknya luar biasa, Hasan memuji- muji goyanganku. Ia belum sempat memandang saya begitu bergairah hingga dapat bergoyang sehebat ini.
Saya terus menjadi bergairah, pinggulku terus bergoyang tanpa henti sembari mengedut- ngedutkan otot memekku. Ini membuat Hasan merasa kontolnya semacam dikulum- kulum dalam jepitan memekku.
“ Akkhh.. Kaa.. Eennaakkhh.., hebaathh.. Uugghh..” erangnya berulang- ulang. Sedangkan tangan Hasan terus menjadi kokoh meremas- remas serta memilin- milin puting tetekku serta bibirnya terus menyapu segala wajahku sampai ke leher, Hasan terus menjadi memesatkan irama tusukannya, kurasakan kontolnya yang besar keluar masuk memekku dengan cepatnya. Saya berupaya terus mengimbangi kecepatan gerak pinggul Hasan, serta wajib kuakui game Hasan sangat luar biasa. Saya dapat merasakan gimana rasa nikmat yang berawal dari memekku mulai menjalari segala tubuhku, ciri kalau puncak orgasme mulai merasuki tubuhku.
Sedangkan Hasan terlihat berupaya keras buat bertahan, sementara itu badannya pula mulai mengejang- ngejang tidak karuan. Saya merasa jika ia pula nyaris menggapai klimaks. Pinggulku meliuk- liuk terus menjadi liar,
sedangkan pantat Hasan mengaduk- ngaduk kewanitaanku terus menjadi kilat. Terus menjadi kilat tidak beraturan,
sehingga saya percaya jika ia hendak lekas menghasilkan mani hangatnya dalam memekku.
Namun secara seketika saja aliran kencang berdesir dalam tubuhku. Nampaknya tubuhku pula telah nyaris tidak tahan menerima rangsangan Hasan selalu. Memekku terasa merekah terus menjadi lebar, kedua ujung puting tetekku terus menjadi membeku, mencuat berdiri tegak. Bibir Hasan langsung menangkapnya, serta menyedot kuat- kuat setelah itu menjilatinya dengan penuh nafsu. Saya membusungkan dadaku sebisa bisa jadi serta oohh.. Rasanya saya tidak kokoh lagi bertahan.
“ Ssaann..! Kilat keluarin doonng..!” teriakku sembari menekan pantatnya kuat- kuat supaya kontolnya lebih masuk ke selangkanganku.
Sebagian detik setelah itu tubuhku bergetar hebat, diiringi oleh gelombang rasa nikmat tidak terhingga dikala cairan hangat menyembur dari memekku. Bertepatan dengan itu, badan Hasan bergetar keras yang diiringi semprotan cairan hangat dari kontolnya di dalam memekku.
Hasan langsung memeluk tubuhku erat- erat, dengan penuh perasaan saya membalas dekapan itu. Kami kemudian bergulingan di ranjang merasakan kenikmatan puncak game cinta ini dengan penuh kepuasan. Kami merasakan serta meresapinya bersama- sama, peluh yang membasahi badan kami berdua jadi satu serta tidak kami pedulikan lagi. Bantal serta guling berjatuhan ke lantai. Sprei berhamburan tidak karuan terlepas dari ikatannya.
Eranganku, jeritan nikmatku silih bersahutan dengan geraman Hasan. Kakiku melingkar di dekat pinggangnya, sedangkan bibirnya terus menghujani sekujur wajah serta leherku dengan ciuman- ciuman lembut. Saya masih dapat merasakan kedutan- kedutan kontol Hasan yang perkasa menggesek
bilik memekku. Nikmat sekali game cinta yang penuh dengan gelora nafsu birahi ini.
Saya termenung merasakan sisa- sisa akhir kenikmatan ini. Tidak kusangka jika saya hendak berhubungan tubuh dengan Hasan di kamar orang tuaku. Ia memanglah seseorang pria jantan yang senantiasa berikan kejutan tiap kali kami bercinta. Sehabis itu kami berdua tertidur dengan posisi saya menindih badannya, sedangkan kontolnya masih menancap di dalam memekku.
Senin, 24 Februari 2020