Peluang itu kumanfaatkan buat berkelana mengitari Surabaya sebab suhunya agak bersahabat. Saya berkelana dengan memakai angkutan universal, ke tempattempat kesukaan serta belum sempat kujalani tadinya. Kali ini saya bersantai di Galaxy Mall, yang banyak didatangi WNI generasi. Mataku liar meliriklirik perempuan putih lembut serta trendy. Entah mengapa semenjak dahulu saya terobsesi dengan perempuan Chinese yang bagi pandanganku merupakan tipikal sempurna dalam banyak perihal.

Di dalam mobil, saya tidak dapat tenang sebab kala menyetir, saya dapat memandang dadanya yang montok serta paha mulusnya bergerak gesit memahami kemudi. Tetapi ia tidak menyadari itu, sebab saya ketahui ia tidak hendak suka. Perihal itu kusadari dari pembicaraan tadinya. Ia kelihatannya perempuan baikbaik. Tetapi konsentrasiku sangat tersendat terlebih jalanan di kota Surabaya yang tidak rata membuat dada indah yang bersembunyi di balik bajunya bergoyanggoyang. Ditambah lagi harum badannya yang sangat memicu. Kesimpulannya mencuat benak jahat di otakku.
Saya pindah ke balik ya.. kataku. Mengapa? Saya ngantuk, ingin berbaring, nanti turunkan saya di jalur Kertajaya, kataku berpurapura. Dikala itu sejuta rencana jahat telah merasuki otakku. Ok, tetapi kalian jangan sangat pulas ya.. nanti ngebanguninnya sulit, katanya polos. Di kala otakku telah kesetanan, tibatiba.. Jangan berisik ataupun pisau ini hendak merobek lehermu, ancamku seraya melekatkan pisau lipat yang biasa kubawa. Itu telah jadi kebiasaanku semenjak di Medan dahulu.
Don.. apaapaan nihh..? teriaknya gugup, sebab kaget. Saya peringatkan, diam, jangan macammacam! bentakku sembari menekan permukaan pisau lebih kokoh. Saya telah kehabisan penyeimbang sebab nafsu. Jalankan mobilnya dengan normal, membawa ke wilayah Petemon.. kilat..! Ehh.. iiya.. iyahh.. jawabnya dengan sangat ketakutan. Tas yang tadi diletakkan di jok balik lekas kubuka. Segala duit serta kartu kreditnya langsung berpindah ke kantongku.
Membawa ke Pinang Inn.. kilat! bentakku lagi. Kali ini saya telah pindah ke jok depan, serta pisau kutempelkan di pinggangnya. Sejauh ekspedisi mukanya pucat serta sesekali memandangiku, seakan memohon dikasihani. Jangan berupaya membuat gerakan macammacam.. ataupun kalian kulempar ke jalur.. paham? ancamku lagi sembari berubah posisi.
Saya mengambil alih kemudi. Entahlah, dikala itu saya merasa bukan diriku lagi. Bisa jadi iblis lagi menarinari di otakku. Ia cuma membisu, dengan badan gemetar menahan rasa khawatir. Tibatiba HPnya berbunyi, kurebut HP itu serta kuhempaskan di jalur hingga rusak. Ingat.. jangan berperan anehaneh.. jika masih mau hidup.. pesanku sesampainya di parkiran Pinang Inn. Mobil langsung masuk garasi, serta saya menghubungi Front Officer. Kubayar, kemudian kembali ke garasi.
Keluar..! Dengan normal kugandeng ia masuk kamar. Kukunci serta kusuruh ia telentang di kasur yang empuk. Kunyalakan Televisi channel yang memutar filmfilm biru. Pinang Inn memanglah disediakan buat bermesum ria. Ia nampak terus menjadi ketakutan, kala melihatku langsung membuka pakaian serta celana. Dengan cuma memakai CD, kurebahkan tubuhku di sampingnya dengan posisi menyamping. Pisau itu kugesekgesek di dekat dadanya. Supaya proses ini tidak menyakitkan, kalian jangan bertingkah.. ataupun esok mayatmu telah ditemui di laut situ.. mengerti?
Don.. ke.. ke.. napaa.. jadi be.. gii.. ni? Apa.. salahku? dengan ketakutan ia berupaya membuatku luluh. Salahmu merupakan.. kalian memamerkan badanmu di hadapan singa lapar.. Lekas, segala bajunya kusobek dengan pisauku yang tajam. Mulai dari bagian luar hingga dalamnya. Saat ini ia telanjang bundar di antara serpihan baju mahal yang kusayatsayat. Ia menagis, mata sipitnya meningkat sipit sebab berupaya menahan air mata yang mulai mengalir deras ditingkahi isaknya yang sesenggukan. Sejenak saya tertegun melihat keelokan yang terpampang di hadapanku.
Dada putih lembut yang montok, badan ramping, serta.. ups.. liang kemaluannya yang merah muda bersembunyi malumalu di antara paha yang dirapatkannya. Kubuka pahanya. Jangann Don.. kumohon jangan.. pintanya memelas. Saya telah tidak hirau. Hei.. Nin.. dapat diam tidak? Ingin mati? Hah..? ancamku sembari menampar pipinya. Mukanya hingga terlempar sebab saya menamparnya lumayan keras. Silakan menjerit.. ini ruangan kedap suara.. mari.. menjeritlah.., ejekku kesenangan. Lekas kulebarkan pahanya, kuelus permukaan kemaluannya dengan lembut serta berirama.
Sesekali ia menatapku. Terdapat pula desah aneh di bibirnya yang tipis. Saya terus mengelus kemaluan itu, sembari 2 jariku yang menganggur mempermainkan puting susunya bergantian. Ia cuma dapat mendesah serta menangis. Kudekatkan wajahku ke sela paha mulusnya. Dengan perasaan, kukuak liang kemaluannya, indah sekali. Seumur hidup, baru kali ini saya memandang kemaluan perempuan seindah itu. Wujudnya agak membukit mungil, ditumbuhi bulu yang halus serta lemas.
Bibir kemaluannya kupegang, setelah itu lidahku kujulurkan merambah lubang yang nikmat itu. Kujilati dengan lama- lama, mengitari segala permukaannya. Shh.. Don.. Donhh.. jangaann.. sshh.. Nina hingga terduduk. Terdapat suatu yang lucu. Dalam suasana itu sempatsempatnya ia menggoyang pinggulnya menekan mulutku, serta menjambak rambutku sesekali. Dalam hati saya tertawa, Dasar perempuan.. munafik. Mari.. Nin.. mari.. kataku pelan mengharap cairan itu lekas keluar membasahi kemaluan indahnya. Dikala itu kesadaranku lama- lama muncul. Perlakuanku kubuat selembut bisa jadi, tetapi senantiasa tegas supaya Nina tidak berperan ceroboh.
Kali ini lidahku mengaitngait klitorisnya beraturan tetapi dengan arah lidah acak. Ia kian bergetar. Goyangan pinggulnya terasa sekali. Lho.. diperkosa kok malah enjoy.. mari.. nangis lagi.. mana..? olokku. Don.. jangannhh.. janganh.. balasnya malumalu, berupaya menggeser kepalaku dari selangkangannya. Tetapi sehabis kepalaku digerakkan ke samping, malah ditariknya lagi sampai mulutku langsung terjatuh di bibir kemaluannya.
Saya juga mengerti, ia mau menampilkan ketidaksudiannya, tetapi di lain pihak, ia sangat menginginkan sensasi itu. Nih.. saya kasih bonus.. silakan menikmati.. kataku sembari melanjutkan jilatanku. Sedangkan tanganku yang kiri membelai payudaranya bergiliran secara adil. Kiri serta kanan. Sedangkan tangan kananku kuletakkan di dasar pantatnya. Pantat seksi itu kuremas sesekali.
Oghh.. sshh.. Nina menggelinjang menahan nafsu yang mulai merasuki dirinya. Sesaat ia kurang ingat jika saat ini ia dalam kondisi terjajah. Sshh.. terrusshh.. Lama- lama lahan, cairan yang kunanti keluar pula. Secara mantap, lendir bening itu mengalir membasahi liang kemaluannya yang semerbak. Donnhh.. Donhh.. Ia berteriak di sela orgasmenya yang kuhadiahkan secara cumacuma. Aduh.. Nin.. yang benar aja dong.. ringisku sebab dikala orgasme tadi, kukunya yang lentik melukai pundakku.
Maaf.. maaf Donhh.. Saya menyudahi sesaat buat memberinya waktu rehat. Saya berdiri di samping ranjang. Ia terkulai lemas. Pahanya dibiarkan terbuka. Kemaluan centil itu telah mengundang batang kemaluanku buat beraksi. Tetapi saya berupaya menahan, supaya pemerkosaan ini tidak sangat menyakitkan. Kami berpandangan sejenak. Ia telah tidak melaksanakan perlawanan apaapa, pasrah.
Don.. saya ketahui kalian sesungguhnya baik, jangan sakiti saya yah.. saya ingin menemani kalian di mari, asal kalian tidak melukai saya.. pintanya sembari mengganti posisi telentangnya jadi duduk melipat lututnya ke dasar pantat. Liang kemaluannya agak tersembunyi saat ini. Kalian masih perawan tidak? tanyaku ketus. Iyah.. masih.. Nah.. sayang sekali, jika mulai esok kalian telah menyandang gelar tidak perawan lagi.. Ah.. ia tercekat.
Don.. seluruh duit tadi boleh kalian ambil.. tetapi mohon jangan yang kalian sebut barusan.. 4 hari lagi saya menikah Don.. kumohon Don.. Ah.. daripada laki- laki lain yang merasakan nikmatnya darah fresh kalian, mending saya curi saat ini.. kataku kilat sembari mendekatinya lagi. Don.. jangan.. kumohon.. Diam! Ingat.. pisau ini sewaktuwaktu dapat menghasilkan isi perutmu.. ancamku.
Nina kaget sekali, sebab menyangka saya telah berbaik hati. Sementara itu saya pula tidak sungguhsungguh marah padanya. Bisa jadi sebab saya yang telah terbiasa berteriakteriak buatnya ketakutan. Saat ini giliranmu, kukeluarkan batang kemaluanku yang telah agak terkulai. Kupikir saya tidak butuh menarangkan lagi metode membangunkan bandit yang satu ini.. kataku sembari memusatkan kepalanya berhadapan dengan batang kemalauanku yang cukup besar.
Sejenak dipandanginya diriku. Tanpa mengatakan apaapa ia memegang batang kemaluanku serta mengocoknya lama- lama. Dikocoknya terus hingga lama- lama, sang batang andalanku naik. Hanya itu? tanyaku lagi. Dibuka mulutnya dengan raguragu, kebetulan sekali adegan di Televisi channel pula lagi memperagakan perihal yang sama. Saya sesungguhnya mau tertawa. Tetapi kutahan, sebab gengsi jika ia ketahui. Dikulumnya batang kemaluanku. Saya berdiri di atas ranjang.
Ia berjongkok serta mulai menggerakkan kepalanya maju mundur. Ahh.. saya mengerang merasa nikmat sekali. Kulihat matanya sesekali melirik Televisi. Supaya saja, pikirku dalam hati. Toh ini demi keuntunganku. Dijilatinya kepala kemaluanku. Tetapi ia tidak berani memandang wajahku. Auhhgghh.. Jangan dilepas.. seruku tertahan. Saya jongkok dengan memusatkan kepala ke sela pahanya. Saya telentang di dasar. Posisi kami saat ini 69. Sewaktu berbalik tadi ia menggigit kemaluanku supaya tidak lepas dari mulutnya. Lucu memanglah. Dengan bibir kemaluan pas di atas wajah, kujilati dengan mantap.
Kali ini gerakan lidahku liar mengitari permukaan kemaluannya. Sesekali kusedot bukit kecil itu sembari memasukkan hidungku yang kebetulan mancung ke lubang senggamanya. Oghh.. Ahh.. Kami berseru bersahutan. Kubalikkan badannya. Saat ini ia terdapat di dasar, tetapi senantiasa 69. Kali ini saya lebih bebas menjilati kemaluannya. Augghh.. Donhh.. enakkhh.. terusshh.. pintanya. Kemudian kembali menyantap batang kemaluanku dengan garang. Sesekali saya merasakan gigitan kecil di dekat kepala kemaluan. Pintar pula ia, pikirku dalam hati.
Lidahku kujulurkan masuk ke lubang kecil itu serta menari di dalamnya. Pantatku kugoyang naikturun supaya sensasi batang kemaluan yang terletak di kulumannya meningkat asik. Sembari menjilat liang kemaluan itu, jarijariku mempermainkan bibir kemaluannya. Ougghh.. Don.. enakkhh.. Donnhh.. ahh.. Donnhh.. serunya dibarengi aliran hangat yang langsung membanjiri lembah merah muda itu. Saat ini waktunya Nin. Saya mengambil posisi duduk di antara belahan kedua kakinya. Ia masih telentang. Kugesek lagi kepala kemaluanku yang telah membeku sempurna beradu dengan klitorisnya yang mengencang.
Ia separuh duduk dengan menahan badannya gunakan siku tangan, serta turut melihat beradunya batang kemaluanku dengan klitorisnya yang telah jadi centil. Batang kemaluanku itu kuarahkan ke liang kemaluannya. Jangann.. kumohon Donh.. jangan.. serunya tertatih sembari mencengkeram batang kemaluanku. Saya bersedia memuaskan nafsumu, dengan metode apa saja, asal jangan mempertaruhkan pusakaku. Oh ya? Jika dari anus ingin tidak? tantangku. Tetapi sesungguhnya saya tidak lagi perduli sebab kemaluanku telah memohon dihantamkan melesak lubang kemaluannya.
Yah.. terserah kalian Don.. Tidak.. ingin.. saya hanya ingin yang ini, ini lebih lezat.. teriakku sembari menunjuk liang kemaluannya. Nih.. pegang.. masukin.. Dengan ragu dipegangnya batang kemaluanku. Don.. apa tidak terdapat metode lain? Metode lain? Adaada saja kalian.. Hei.. kalian jangan bertingkah lagi ya.. jangan hingga kesabaranku lenyap. Kalian beri satu milyar juga saat ini saya tidak bakalan ingin membebaskan memiliki kalian itu saat ini. Saya telah tidak tahan.. mengerti.. mengerti? mengerti..? bentakku dengan nada suara lebih meninggi.
Pisau yang tadi kusembunyikan di dasar kasur kuacungkan serta kutekan kokoh di dadanya. Donn.. sakitt.. jangann.. rintihnya kala pisau tadi melukai dada putihnya. Saya terkesiap. Tetapi tidak hirau. Mari.. dimasukin.. kali ini pisau kutekan lagi. Darah fresh mengalir lama- lama dari cedera yang kuperbesar, walaupun tidak begitu parah. Dengan berat diiringi ketakutan, dipegangnya kemaluanku. Diarahkannya ke liang kemaluannya. Susah.. sakitt.. Don.. ampunn.. Don.. Pegang ini, kataku tidak siuman sebab membagikan pisau itu ke tangannya.
Ia pula tidak menyadari jika lagi memegang pisau. Lucu sekali. Saya cuma dapat tersenyum jika mengingat masa itu. Saya menunduk serta menjilati kemaluannya. Ia melihatku menjilati barangnya. Sesekali kami bertatapan. Entah apa maksudnya. Yang tentu saya merasa telah mempunyai mata sipit yang menggemaskan itu. Digerakkannya pinggul besarnya seirama jilatanku. Kuremas pula susunya yang fresh merekah. Augghh.. Ahh.. jilatanku kupercepat. Cairannya mengalir lagi walaupun tidak sebanyak yang tadi. Saya kembali duduk menghadap selangkangannya.
Tibatiba saya siuman jika sebilah pisau terdapat di tangannya. Lekas kuambil serta kulempar ke lantai. Ia pula baru siuman sehabis saya mengambil pisau itu. Tetapi kayaknya ia memanglah telah takluk. Nin.. ludahin ke dasar.. yang banyak.. kataku sembari menunjuk kemaluannya. Kami samasama meludah. Kuoleskan liur yang menetes itu ke batang kemaluanku, pula ke kemaluannya. Sesekali ia pula turut mengusap batang kemaluanku dengan air ludah yang dikeluarkannya lagi di telapak tangannya. Saya memandanginya dengan sayang. Ia pula seakan paham makna tatapanku itu.
Saya lekas mengecup bibirnya. Ia membalas. Kami berpagutan sesaat. Kurasakan batang kemaluanku bersentuhan dengan perutnya. Mari dicoba lagi.. Kali ini dipegangnya kepala kemaluanku. Ah.. Shh Serta.., Oogghh.. aahh.. Shh.. Kepala kemaluanku masuk lama- lama. Kecil sekali lubang itu. Kusodok lagi lama- lama. Ia cuma dapat menggigit bibir serta mencengkeram tanganku. Sesekali nafasnya nampak sesak. Tetapi terdapat pula desah liar terdengar lirih. Donnhh.. saya benci.. kaamu..
Kusodok terus, hingga kesimpulannya seluruh batang kemaluanku terbenam di liang kewanitaannya. Saya ketahui itu sakit. Tetapi ingin bilang apa, nafsuku telah di ujung tanduk. Brengsek.. Donhh.. baajingann.. kalian.. shh.. oghh, Saya tidak hirau lagi umpatannya. Yang kurasakan cuma nikmat persenggamaan yang benarbenar beda. Shh.. shh.. Donhh.. Donhh..
Kupeluk ia eraterat. Goyanganku kian liar. Saya cuma dapat mendengar ia mengumpat. Sesekali kupandangi mukanya di sela nafasku yang ngosngosan. Bermacam- macam ekspresi terdapat di situ. Terdapat kesakitan, terdapat dendam, tetapi terdapat pula arti sayang, serta gairah yang hangat. Kulihat titiktitik darah mulai menekan lubang kecil yang terbentuk antara batang kemaluan serta liang kewanitaannya. Mendadak tagisnya meledak. Donhh.. bajingann.. kamuu.. jahatt.. kalian Don.. ahh.. uhh.. ia memukul dadaku keras sekali. Tangisnya kian jadi. Saya iba pula. Kutarik kemaluanku dari liang kemaluannya.
Darah fresh mengalir penuhi lubang yang memerah padam serta baret. Kemaluanku kukocok sekuat tenaga kala spermaku muncrat. Ahh.. ahh.. Air maniku memancar keras membasahi dada serta sebagian mukanya. Ia menangis sesenggukan. Nikmatnya memek perawan kalian Nin.. kataku tersenyum bahagia. Saya langsung menjilati darah fresh yang telah membasahi pahanya. Lekas kugendong ia mengarah kamar mandi. Di bibir bak, kududukkan ia.
Kuambil kertas wc serta membasuhnya dengan air. Kuusap darah yang terdapat di dekat kemaluannya dengan lembut. Darah di dadanya yang telah mengering pula kulap dengan hatihati. Kalian puas saat ini.. bukan begitu Don? ejeknya di sela tangisnya. Saya terdiam. Saya merasa menyesal. Tetapi ingin bilang apa. Nasi telah jadi bubur. Kubersihkan seluruh darah itu hingga tidak berbekas. Kujilati lagi kemaluannya dengan lembut. Saya ketahui, yang ini tentu tidak dapat ditolaknya. Benar, ia mulai bergetar.
Dipegangnya tanganku serta diremasnya jariku. Tissue yang kupegang dibuangnya, malah jemariku dituntunnya ke sejoli dada montok miliknya. Ahh.. shh.. sekaligus ajaa.. Don.. hamili.. saya.. supaya kalian.. lebih.. puass.. katanya sembari mengangis lagi. Saya sangat tidak paham. Terus cerah di situ saya semacam orang bodoh. Tetapi dengan santai kujilati terus kemaluannya. Diraihnya batang kemaluanku serta dikocokkocoknya lama- lama. Kemaluanku telah terkulai.
Lama ia mencengkeram kemaluanku hingga kesimpulannya bangkit. Nafsuku kembali membara. Kugendong lagi ia, serta jatuh bersama di ranjang empuk. Kami berpelukan serta berciuman lama sekali. Kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya, serta menjilati rongga mulutnya. Entah berapa kali kami silih bertukaran air liur. Bagiku, air ludahnya nikmat sekali melebihi minuman ringan apapun. Kala saya terletak di dasar, saya pula menelan seluruh liurnya tatkala ia meludahi mulutku. Terserahlah, apakah ia marah ataupun gimana. Sejauh ia merasa leluasa, saya melayaninya.
Hitunghitung balas budi. Hehehe.. Saya bergerak ke dasar, menjilati masing- masing inci sel kulitnya. Lehernya apalagi kuberi ciri cupangan banyak sekali, walaupun saya ketahui 4 hari lagi ia hendak menikah. Hirau setan. Ahh.. Don.. hhsshh.. yanghh.. itu.. nikhhmatt, serunya tertahan kala putingnya kusedot serta kujilati dengan bernafsu. Tanganku merayap ke dasar serta membelai lubang kemaluannya yang masih basah. Saya terus merangkak turun, menjilati perutnya serta mengelus pahanya dengan bandel.
Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya, terkuaklah liang kemaluan yang kumakan tadi. Kali ini wujudnya telah berbeda. Lubangnya agak menganga semacam cedera baret, tetapi tidak berdarah. Lekas kujilati lagi buat berulang kalinya. Donn.. enakhh.. nikmathh.. Jari telunjukku kumasukkan lembut ke lubang itu sembari menjilati kemaluannya sesekali. Aduhh.. duh.. enaknyaa.. Don.. jangan.. menyudahi, serunya sembari menggelinjang hebat. Pinggul itu bergerak liar menekan mulutku.
Kutindih ia serta kuarahkan batang kemaluanku. Uhh.. sshh, serunya sesak kala batang kemaluanku kuhantamkan ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan membuat erangannya terus menjadi ganas. Pasti saja saya terus menjadi beringas. Siapa tahan. Donhh.. bajiingann! buat berulang kalinya ia mengumpatku. Entah apa artinya. Kali ini ia sangat menikmati game( paling tidak secara raga, entahlah jika perasaannya). Kepalanya terlempar ke situ ke ayo serta nafasnya mendesah hebat. Nin.. punyaahh.. kamuu.. assiikkh.. ahh, seruku kala denyutan liang kemaluannya terasa sekali menekan batang kemaluanku. Kubalik ia, sehingga saat ini letaknya di atas.
Don.. saya.. hendak.. bunuh.. kamuu.. sesuatu.. dikala.. Silakan.. saajahh.. Kami berdua berdialog tidak karuan. Oughh.. aihh.. sshh, teriaknya menggelinjang sembari mencabuti bulubulu dadaku. Saya merasa kesakitan. Tetapi biarlah. Ia kayaknya sangat menggemari. Donh.. kalian.. kalian.. ia tidak melanjutkan katakatanya. Tibatiba.., Donhh.. Donhh.. bajingan.. ah.. serunya keras sekali, sembari menggoyang pantatnya dengan kilat serta menarinari semacam kilat. Bunyi becek di dasar situ menunjukkan ia kembali orgasme.
Tetapi goyangannya tidak surut. Kucabut batang kemaluanku serta menyuruhnya membelakangiku sembari berpegangan pada sisi ranjang. Kuarahkan batang kemaluanku dari balik serta, Oughh.. oughh.. oughh.. oughh.. masing- masing sodokanku ditanggapinya dengan seruan liar. Kugenjot terus sembari meremasi kedua susunya yang turut bergoyang. Lama kami pada posisi itu, tibatiba saya didorongnya serta ia berdiri di hadapanku. Saya ditamparnya keras serta memelukku erat.
Ditariknya saya ke ranjang serta memegang kemaluanku. Ditindihnya saya, ia sendiri yang menghunjamkan kemaluanku ke liang kewanitaannya. Rasakan nihh.. bajingan.. shh, teriaknya sembari menarinari di atasku. Saya ketahui ia hendak orgasme lagi. Aduh.. Nin.. pekikku tertahan kala saat ini ia malah menggigit punggungku. Don.. Don.. ia berseru kencang serta memeluk erat kepalaku di dadanya. Kupeluk pula ia serta mengangkatnya. Kami berdiri di lantai. Dengan posisi ini saya dapat menyodoknya dengan sangat keras. Kurapatkan ke bilik, serta kupompa sekuat tenaga.
Nin.. ahshh.. Donhh.. Saya menghasilkan mani di dalam kemaluannya. Ia memelukku erat sekali. Kami berdua ngosngosan. Kuangkat ia ke ranjang. Kami terkulai lemas. Kutarik kemaluanku yang melemah dengan pelan. Kutarik sprei itu sebab telah berisi bercak darah serta bintik cairan yang bermacam- macam. Kami tergeletak berdampingan, tanpa baju. Don.. kalian berhutang padaku, sesuatu dikala saya tentu menagihnya. Hutang apa? tanyaku. Ia tidak menanggapi.
Dengan lama- lama ia memejamkan mata serta tertidur. Kupandangi mukanya yang menawan. Nampak letih. Hmm.. beruntung sekali calon suaminya. Kuelus rambutnya yang lurus indah dengan lembut. Kuciumi keningnya serta kupeluk ia. Saya membenamkan wajahku di dadanya serta terlelap bersama. Besoknya kami bangun bertepatan, masih berpelukan. Saya siuman, ia tidak memiliki baju lagi. Lekas saya keluar serta berangkat ke toko terdekat. Kubeli Tshirt serta celana pendek.
Kala kembali ke kamar, ia membisu serta tidak ingin menanggapi pertanyaanku. Didiamkan begitu saya tidak ambil pusing. Kupakaikan Tshirt serta celana pendek ke badannya. Ia masih senantiasa membisu. Mari kembali.. ajakku. Ia melangkah lunglai. Kugandeng ia ke mobil, kududukkan di jok depan. Sehabis isi kamar telah kurapikan, saya langsung menyetir mobil. Sejauh jalur ia cuma diam membisu. Nin.. saya ketahui apa yang kalian rasakan. Tetapi, satu perihal yang saya memohon darimu.. jangan membenciku buat apa yang kuperbuat. Bencilah kepadaku sebab saya tidaklah calon suamimu, kataku agak jengkel dengan sedikit berdiplomasi. Ia memandangku dengan gundah.
Tetapi senantiasa membisu. Hingga di wilayah rumahnya juga ia senantiasa diam. Oke.. Nin.. saya tidak ketahui apa yang kalian mau. Bila terdapat yang mau kalian utarakan, lakukanlah saat ini saat sebelum saya berangkat. Ia cuma diam membisu. Dipandanginya saya agak lama. Sebab tidak terdapat jawaban, kudekati ia serta kucium tangannya. Ia tidak bereaksi. Bye.. Nin.. Saya lekas beranjak berangkat. 4 hari setelah itu saya memanglah secara diamdiam menghadiri wilayah rumahnya.
Benar, dari data yang kudapat ia memanglah lagi melakukan resepsi perkawinan di suatu Resto elegan di pusat kota. Tetapi saya tidak berangkat melihatnya. Siapa ketahui itu cuma hendak jadi cedera baru menurutnya. Pertemuanku terakhir dengannya terjalin di salah satu kafe di Surabaya. Dikala groupku manggung, saya melihatnya duduk di depan bersama seorang( bisa jadi suaminya). Lagu ini kupersembahkan buat seseorang perempuan sangat indah yang sempat memberi warna ekspedisi hidupku, saya juga lekas menyanyikan tembang Mi Corazon dengan penghayatan yang dalam.
Ia menikmatinya dengan tatapan syahdu ke arahku. Pasti saja tidak seseorang juga sempat ketahui, kalau suatu sempat terjalin di antara kami. Saat ini setahun telah melalui. Ia sempat pula meneleponku serta bilang jika ia lagi berbadan dua 7 bulan. Kala kutanya dimana ia dikala itu, telepon lekas ditutupnya. Well, nyatanya saya juga lagi hadapi pemerkosaan darinya. Mudah- mudahan ini dapat jadi pelajaran berharga buat sobat seluruh. Ups.. nyatanya saat ini terdapat janji dengan Tante Stella.
Sabtu, 22 Februari 2020