AGEN POKER QQ
Milepoker
CUCUPOKER

WIKWIK BERSAMA BOSKU YANG TAMPAN

BERITASEX-Ohhhhhh…ohhhh…. ohhhh…enak sekali paaa…ohhh…ohhh…” Erangku sebab merasa nikmat. Dikala itu saya dalam posisi berdiri membungkuk sembari berpegangan pada meja kerja pak Vincent di ruangannya. Baju atasku masih lengkap terpakai, sebaliknya celana panjang serta celana dalamku telah melorot hingga ke mata kaki. Pak Vincent sendiri lagi menyetubuhiku dari arah balik dengan cuma menghasilkan penisnya lewat resleting celananya saja. CREK…CREK…CREK…CREK…CREK… terdengar bunyi suara becek dari kemaluanku yang telah sangat basah“ Uuuuhhh…uhhh…. Saya telah ingin dapet paaaa…ohhhhhh” Saya mulai merintih nikmat dikala orgasmeku terasa hendak tiba. Pak Vincent memesatkan gerakan pinggulnya biar dia pula dapat menemukan ejakulasi bertepatan dengan orgasmeku.“ A…A…HHHH…HH..” Saya mendengar dia berteriak tertahan dengan badan bergetar, penisnya ditancapkannya dalam- dalam pada liang senggamaku.“ Aku…ss.. saya…keluar…” bisiknya tertahan“ AHHHHMMMMMMMMM… MMMMMMMMMM…


MMMMMMMMMPPPHHHHHHHHHH…” Saya sendiri lagi padat jadwal menahan jeritan nikmatku hingga mukaku berganti jadi merah padam. CROOOTT…CROT… CROT…crot…crot… semprotan air sperma pak Vincent yang hangat terasa memancar ke dalam rahimku yang dikala itu telah berisi bakal anak berusia 3 bulan yang pula berasal dari benih dia. Sehabis menenangkan diri hingga napas kami tidak memburu lagi, pak Vincent setelah itu mengambil tissue buat mensterilkan kemaluanku serta kemaluannya buat setelah itu membantuku mengenakan celanaku lagi. Tanpa berciuman dahulu sebab hendak membuat lipstikku berhamburan, saya melangkah ke luar dari ruangan dia sebab di luar situ telah menunggu manajer penjualan yang hendak menghadap dia. Saya memanglah kerap dimohon melayani sex kilat di ruang kerja dia paling utama di pagi hari, kami cuma memerlukan 5– 15 menit saja buat menggapai orgasme serta ejakulasi. Salah satu perihal yang kurangi kenyamananku merupakan saya wajib menahan suara erangan nikmatku supaya tidak kedengaran hingga keluar ruang kerja dia. Saya tidaklah salah satunya karyawan perempuan yang dia tiduri, tetapi cuma saya yang dia memohon buat melayani sex kilat di kantor. Namaku Mely, umurku dikala peristiwa ini merupakan 34 tahun, statusku telah menikah dengan satu orang anak. Saya bekerja di suatu industri IT serta Telekomunikasi di Bandung bagaikan staf purchasing merangkap sekretaris buat pak Vincent.



Tadinya saya merupakan staf administrasi biasa, tetapi atas permintaan pak Vincent saya setelah itu dipromosikan jadi staf purchasing sekalian melaksanakan fungsi- fungsi kesekretariatan terbatas. Pak Vincent ialah direktur pengelola industri yang pula ialah owner industri. Dia ialah orang yang sangat simpatik, penyabar serta telaten dalam mengajari anak buahnya supaya dapat membantunya. Pada waktu awal kali saya ditempatkan di dasar dia buat mengambil alih sekretarisnya yang mengundurkan diri sebab menikah, saya merasa sangat khawatir sehingga kerap sekali berbuat salah. Namun dia senantiasa mempercayaiku malah pada tahun dini tahun ini dia mempromosikan saya sehingga gajiku naik nyaris 2 kali lipat. Meski saya saat ini telah lebih tahu dengan pak Vincent, tetapi senantiasa saja saya kerap merasa tidak sangat aman jika wajib menghadap dia. Salah satu yang membuatku kurang aman merupakan tatapan mata dia yang sangat tajam serta kadang- kadang saya merasa semacam lagi ditelanjangi. Terdapat satu pergantian yang saya natural semenjak menemukan promosi ialah saya berupaya tampak lebih menarik tiap hari buat pak Vincent, saya tidak ketahui apa alibi nyatanya dari keputusanku ini. Pada sesuatu hari pak Vincent menugaskanku buat menjajaki seminar serta workshop yang diadakan di suatu hotel di wilayah Jatinangor, pasti saja materinya sangat cocok dengan pekerjaan serta bidang usaha industri kami. Tidak hanya seminar serta workshop yang saya simak, di hotel yang sama nyatanya terdapat kegiatan yang lain diselenggarakan oleh salah satu pelanggan terbanyak kami. Pak Vincent memutuskan buat turut kegiatan ini buat sekaligus berjumpa dengan para pengambil keputusan dari industri pelanggan kami tersebut. Oleh sebab posisi penyelenggaraan yang sama, otomatis kami mejadi kerap berjumpa paling utama pada dikala makan siang ataupun coffee break. Pasti saja bagaikan staf biasa saya cuma berani menyapa dia saja, tidak lebih dari itu. Tetapi nyatanya pak Vincent malah yang mulai mengajakku mengobrol, awal mulanya percakapan biasa seputar pekerjaan di kantor serta modul seminar, tetapi kesimpulannya topiknya meluas ke hal- hal yang lebih bertabiat individu. Hari ini seminar serta workshop merambah hari terakhir namun materinya telah tidak terdapat yang baru sama sekali sebab acaranya berbentuk presentasi dari perusahaan- perusahaan yang jadi sponsor penyelenggaraan seminar ini. Pada dikala coffee break pagi pak Vincent mengajakku buat jalan- jalan saja meninggalkan kegiatan seminar lebih dini sebab beliaupun telah tidak terdapat kegiatan lagi.“ Tetapi suami Mely nanti sore hendak jemput pak, rencananya kami hendak bersama dari mari menengok kerabat di Sumedang” Kataku yang kebimbangan dengan ajakannya antara tidak berani menolak dengan khawatir dicurigai suamiku yang cukup cemburuan jika nanti tidak jadi turut ke Sumedang.“ Habis jalan- jalan aku dapat anterin Mely balik lagi ke mari, jadi senantiasa dapat turut ke Sumedang dengan suami kalian” Dia coba menarangkan“ Memangnya kita ingin ke mana pak?” Saya kembali bertanya“ Aku mau ngajak Mely ke Cipanas Garut buat berendam di situ, sembari refresing sebentar supaya esok fresh lagi waktu mulai ngantor”“ Hmmmm…asyik pula, tetapi Mely ga membawa pakaian renang” Saya jadi tertarik dengan tawaran dia.“ Aku pula tidak membawa celana renang kok… kita berendam air panasnya tidak di kolam renang, tetapi di kolam rendam yang kita sewa sendiri sehingga kita dapat leluasa berendam pMely pakaian dalam ataupun telanjang sekaligus” Katanya sembari tertawa“ Boleh pula tuh… Mely ingin deh turut, tetapi ayah nanti bener- bener balikin Mely ke mari lagi ya?” Saya kesimpulannya sepakat dengan ajakan dia serta tidak sangat memikirkan gunakan apa nanti berendamnya.

Saya ingin menjajaki ajakan dia sebab peluang ini tidak sering sekali dapat didapat oleh staff biasa semacam saya, bagaikan boss serta owner industri dia lebih banyak berhubungan dengan tingkat manajer ataupun sedikitnya supervisor. Cuma saja posisiku bagaikan staff purchasing tiap hari kerap ditempatkan pula bagaikan sekretarisnya buat sebagian urusan administrasi. Saya berharap dengan banyak peluang berdialog dengan bossku ini, saya dapat lebih memahami kemauan dia yang mudah- mudahan dapat memperlancar pekerjaan serta karirku di industri. Meski begitu saya pula memiliki sedikit rasa takut, apakah bossku ini memiliki jadwal lain dengan mengajakku jalan- jalan ke tempat wisata dengan cuma berdua saja. Kemungkinannya dapat saja memanglah sebab cuma mau berhura- hura dengan mengajak saya, tetapi bukan tidak bisa jadi pula saya hendak diajak menemaninya tidur. Mungkin kedua lebih bisa jadi terjalin sebab pak Vincent mengajakku buat menyewa kamar kolam sendiri yang katanya berendam sembari telanjang juga dapat. Apakah itu bukan berarti dia secara halus mengajak saya“ ngamar”? Sekejap terdapat perasaan bangga seandainya dia memanglah mau mengajakku“ ngamar” berarti saya yang staf biasa ini lumayan menarik untuk dia terlebih saya telah tidak muda lagi serta bukan wanita perawan.



Kalaupun benar saya hendak diajaknya berhubungan tubuh dikala di Garut nanti, apa yang wajib kulakukan? Jika saya menolaknya tentu hendak membuat dia marah besar, sebaliknya jika menurutinya ajakannya apakah saya mampu memenuhinya harapannya? Apakah dia pula hendak senantiasa marah sebab tidak puas dengan pelayananku meski telah saya turuti keinginannya buat bersetubuh? Apakah sehabis memandang wujud tubuhku dalam kondisi telanjang bundar, apakah dia masih“ berselera” terhadapku? Begitu banyak persoalan yang tidak dapat saya jawab sehingga kesimpulannya kuputuskan hendak pasrah saja jika nyatanya pak Vincent mengajakku berhubungan tubuh sebab saat ini telah terlanjur berangkat bersamanya. Anehnya dikala itu saya sama sekali tidak memikirkan statusku bagaikan seseorang istri ataupun bossku yang pula telah berkeluarga.



Saya cuma masih menaruh harapan mudah- mudahan pak Vincent tidak mengajakku bersetubuh serta benar- benar cuma mau ditemani berjalan- jalan serta berendam di air panas. Kesimpulannya kami hingga di Garut, kami tidak langsung berangkat ke areal pemandian air panas, namun mampir dahulu ke suatu rumah makan buat makan siang meski dikala itu masih kepagian. Di situ kami memilah tempat makan lesehan di atas kolam yang cukup romantis buat orang yang datangnya berpasangan. Bagaikan bawahannya akupun melayani dia buat lebih aman menyantap pesanan kami. Banyak perihal yang kami obrolkan, paling utama keingin tahuan dia menimpa keluargaku serta pula pengalamanku saat sebelum bekerja di tempat yang saat ini. Saya tidak banyak berani bertanya banyak jika menimpa latar balik dia kecuali dia memanglah lagi menceritakannnya. Percakapan ini terus bersinambung meski santapan sudah habis, sehingga saya mulai merasa lebih akrab dengan dia. Sehabis sholat dhuhur besama, kami kembali melanjutkan ekspedisi mengarah areal pemandian air panas di Cipanas Garut. Hatiku berdebar dengan kencang kala pak Vincent membelokkan mobilnya merambah taman salah satu motel di situ yang memiliki taman lumayan luas. Dari jendela mobil dia setelah itu melaksanakan booking kamar pada sebagian room boy yang kayaknya memanglah menunggu tamu di gerbang pintu motel. Saya mulai merasa risau sebab dari pendengaranku, dia cuma memesan satu kamar saja yang maksudnya apakah saya hendak satu kamar dengan ia berendamnya? Room boy yang diajak bicara oleh pak Vincent masuk ke dalam front office buat mengambil kunci kamar yang dipesan, setelah itu membagikan isyarat supaya kami mengikutinya. Pak Vincent memesan kamar yang sangat besar di situ, jadi saya mulai berharap bisa jadi di dalamnya terdapat lebih dari satu kamar rendam yang terpisah. Sehabis memarkirkan mobilnya di car port depan kamar, pak Vincent mengajakku turun serta masuk ke dalam kamar sembari membereskan pembayaran kamarnya. Ya ampun…. Kamar itu memanglah besar serta luas namun senantiasa saja cuma memiliki satu kamar rendam serta pula terdapat tempat tidurnya. Saya mulai gemetar sebab kekhawatiranku mulai mendekati realitas ialah saya cuma berdua dengan pak Vincent di suatu kamar motel yang jauh dari rumah.“ Ingin langsung berendam ataupun rehat dahulu?” Seketika bossku bertanya“ I…i.. rehat aja dahulu, Mely ingin rehat dahulu” Jawabku agak tersendat, saya pikir dengan memohon rehat dahulu saya dapat menunda buat berendam air panas. Siapa ketahui jika pak Vincent ingin berendam duluan sehingga kalaupun saya dituntut berendam dapat sehabis pak Vincent berakhir. Lagi pula kamar ini memiliki 2 ranjang besar, sehingga saya dapat menjauh buat tidak satu tempat tidur dengan dia.“ Jika begitu kita rehat barengan aja dahulu, baru nanti berendam bareng pula” Kata pak Vincent sembari mulai melepas sepatu kemudian membuka bajunya satu persatu hingga bertelanjang bundar di depanku begitu saja.“ Lho… kalian pula buka pakaian dong, supaya nanti tinggal langsung berendam serta pakaian kita tidak kusut”“ Mely ti.. ti.. dak berani pak…” Jawabku sembari tertunduk dengan tubuh yang telah menggigil.


Saya saat ini betul- betul percaya kalau pak Vincent memanglah bernazar meniduriku di mari, bukan cuma hanya mau mengajak berendam di air panas saja.“ Jika begitu aku bantuin ya…” Kata bossku sembari mendekat serta mulai membuka kancing kemeja atasku satu persatu.“ Ja.. ja.. ngan pak…” saya merintih pelan sebab mulai merasa tidak berdaya“ Jangan mengapa?” Tanya bossku lagi, meski dengan suara biasa tetapi terasa sangat mengintimidasi“ Ma…maksudnya…e.. ehh… Supaya Mley aja yang buka sendiri…” Kesimpulannya saya merasa wajib menyerah serta pasrah pada suasana di mana pak Vincent kelihatannya telah tidak mau dibantah lagi. Dengan tangan gemetar saya membuka bajuku satu persatu hingga kesimpulannya tinggal mengenakan BH serta celana dalam kemudian berdiri mematung dengan kepala tertunduk di depan pak Vincent yang dari tadi melihatku membuka pakaian. Kemaluanku meski masih tertutup celana dalam kucoba ditutup dengan tangan kananku, sebaliknya tangan kiriku saya silangkan buat menutupi dadaku.“ Buka pula dong BH serta celana dalamnya”“ Mely malu sama ayah…”“ Malu mengapa? Cuma terdapat kita berdua kok di dalam mari serta aku kan udah telanjang pula” Kesimpulannya saya menuruti pula keinginan dia dengan membebaskan“ pertahanan terakhirku” yang membuat kami bersama telanjang bundar saat ini. Meski sejauh jalur tadi saya telah mempersiapkan diri buat terbentuknya kejadian ini, tetapi senantiasa saja saya sangat ketakutan dikala mengalaminya langsung


. Tanpa terasa air mata mulai menggenang di mataku, tetapi saya tidak berani sama sekali bersuara khawatir hendak membuat atmosfer kian runyam. Tanganku saya silangkan di depan badan dengan kedua telapak tangan menutup kemaluanku sebaliknya lengan bagian atasku dipakai menutupi dadaku paling tidak putting susuku. Melly Pak Vincent saat ini berdiri pas di depanku dengan badan besar besarnya nyaris melekat padaku. Penisnya yang gelap kemerahan telah berdiri tegak serta melekat diperutku. Kedua tangannya setelah itu mencapai tanganku serta melingkarkannya ke balik badannya sehingga saya jadi memeluk dia di bagian pinggang. Daguku kemudian diangkatnya dengan tanggannya hingga wajah kami bersebelahan kemudian dia mencium bibirku dengan lembut sembari diberi sedikit hisapan- hisapan serta kecupan. Saya belum dapat bereaksi sama sekali dikala itu tidak hanya berupaya memejamkan mata dengan air mata yang terus berlinang. Dengan tabah pak Vincent menciumku berkali kali hingga kesimpulannya tanpa terasa saya mulai membuka bibirku yang tipis serta langsung dimanfaatkan oleh dia buat memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku.“ Mmmmpphhhhh…. hhheehhhh…. mmmmppphhhh…” Saya mulai berdesah bagaikan respon atas ciuman pak Vincent yang terus menjadi gencar dengan game lidahnya serta mulai mencairkan keteganganku. Tangan kirinya digunakan buat memeluk tubuhku sebaliknya tangan kanannya memegang tengkukku. Tanpa kusadari tanganku yang melingkari pinggangnya mulai kugunakan buat memeluk pak Vincent sehingga badan kami saat ini silih merapat, kulit berjumpa kulit. Kurasakan kemaluanku bergesekan dengan pahanya yang berbulu sebaliknya penis pak Vincent bergesekan dengan perut serta payudaraku. Gesekan demi gesekan mulai membangkitkan gairahku sekalian pula keberanianku buat mulai menyongsong aksi dia. Kemaluanku terasa mulai lembab……………. Pak Vincent kelihatannya pula merasakan kemaluanku yang mulai lembab dari gesekan dengan pahanya sehingga dia mulai lebih intensif menggerak- gerakan pahanya pada kemaluanku. Saya meresponnya dengan merenggangkan pahaku sehingga segala kemaluanku saat ini dapat bergesekan dengan paha pak Vincent.“ Aahhhhhhhhhh….. geli paaak…” Desahku dikala pak Vincent alihkan ciumannya ke kuping serta leher kiriku“ Ohhhhh…. oohhhh…. Ohhhh…. ohhh…. paaaa…. ohhhh…” suara desahanku kian tidak terkontrol dikala pak Vincent mulai meremas- remas buah dada kecilku dengan tangan kanannya. Seketika pak Vincent berlutut di depanku serta bibirnya langsung memangut putting susuku buat dihisap- hisapnya, sebaliknya tangan kanannya saat ini mengelus- elus kemaluanku.“ Bapaaaa…oohhhhhh….. paaa…. Mely hendak diapain…. ohhhhh…..” saya terus mendesah nyaris tidak menyudahi.“ Ouchhhhhh….. hhhhh…. shhhh…shhhh. shhhhhh” Cuma desisan yang dapat kukeluarkan dikala pak Vincent memasukkan jarinya ke dalam liang senggamaku kemudian mengocoknya dengan kilat. Pelan- pelan kemaluanku mulai becek disebabkan menerima rangsangan- rasangan yang pak Vincent bagikan padaku. Rasa takutku telah lenyap sama sekali demikian pula kekhawatiran hendak mengecewakan dia sebab nyatanya saya terus“ digarapnya” meski hingga dikala ini saya masih berlagak pasif. Sehabis lubang senggamaku terus menjadi becek serta merekah,



pak Vincent kemudian berdiri lagi serta dengan lambat- laun menekuk kakinya sehingga saat ini penisnya terdapat di depan vaginaku. Saya paham artinya yang hendak menyetubuhiku dalam posisi berdiri, tetapi saya belum sempat melaksanakannya sepanjang saya menikah dengan suamiku. Jadi saya berupaya menolong dia dengan merenggangkan kakiku sembari memajukan kemaluanku supaya liang senggamanya lebih menuju kedepan. Nyatanya upayaku yang cuma berdasakan naluri itu lumayan sukses, kurasakan kepala penis dia telah terdapat di depan liang senggamaku sembari berputar- putar mencari posisi yang pas buat masuk. BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS…. Penis pak Vincent kesimpulannya masuk dengan lembut kedalam liang senggamaku.“ UUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHH………..” Tanpa dapat ditahan lagi saya menghasilkan suara lenguhan keras saking nikmatnya. Sehabis segala batang penisnya masuk, pak Vincent memelukku dengan kedua telapak tangannya pada buah pantatku. Setelah itu dengan lambat- laun ia meluruskan kakinya sehingga secara otomatis saya terangkat ke atas oleh dorongan penisnya pada kemaluanku semacam sate dengan tusuknya.“ Ohhhhhhhh…. Mely khawatir jatuh paa….” Sembari melenguh nikmat saya pula merasa khawatir hendak jatuh sebab cuma tubuhku dinaikan cuma oleh kekuatan otot penisnya saja.“ Belitkan kedua kaki kalian ke pinggang aku bagaikan pengait biar tidak gampang jatuh” Perintahnya Saya lekas mengaitkan kakiku melingkari pinggangnya serta tanganku memeluk lehernya, sebaliknya kepalaku saya sandarkan pada bahu dia. Sehabis dia percaya saya melekat dengan benar pada badannya, ia kemudian mulai menggerak- gerakkan pantatnya maju mundur.“ Ohhhhh…. ohhhhh…. ohhhhh…ohhhh…. bapppaaakkk.. aaahhhh…ohhhh…. ohhhh…. ohhh…paaakk…enaaak” Pak Vincent menyetubuhiku yang digendong dalam pangkuannya sembari berjalan keliling ruangan. Bersetubuh semacam ini betul- betul tidak sempat terpikir olehku serta tidak sempat terbayangkan hendak saya natural sebab suamiku cuma melaksanakan hal- hal yang biasa saja. Meski pergerakan penis pak Vincent sangat terbatas, tetapi posisi penisnya yang tegak serta tertekan oleh berat tubuhku sendiri membuat terasa sangat nikmat seolah- olah menembus hingga jantungku

.“ Ohhhh…ohhhhh…. ohhh…. ohhhh…. ohhh..” saya terus mendesah menjajaki gerakan bossku Tidak berapa lama setelah itu pak Vincent menyandarkanku ke bilik kamar serta mulai menggenjot penisnya dengan lebih kilat sebab beban dari berat tubuhku telah tertahan sebagian oleh bilik kamar.“ Addduddduuuuhhhhh…ohhhhh…. ohhhhh….. ohhhh…ouchhhh….. aahhhh…. ohhhh…” desahanku terus menjadi menggila.“ AAAAAAAAAAAA.. RRRRRRRHHHHHHHHHHHHHH……………….” Kesimpulannya saya mengerang nikmat dengan keras dikala orgasmeku tiba. Pak Vincent merendahkan keseriusan genjotan penisnya buat membagikan peluang padaku menikmati orgasmeku.“ Adduuuuuhhhh…. Lezat sekali paakkk” Bisikku di kuping dia“ Kita saat ini main di ranjang ya sayang… Aku belum keluar…bantu aku ya sayang” Balas pak Vincent dengan lembut. Saya cuma dapat mengangguk pelan sebab segala tenagaku seolah- olah sudah tersedot habis oleh orgasme tadi.






Pak Vincent setelah itu menurunkanku hingga kakiku dapat menapak ke lantai saat sebelum setelah itu membebaskan penisnya dari kemaluanku. Penisnya nampak sekali masih keras serta tegak meski saat ini rupanya lebih kemerahan dibanding tadinya. Setelah itu saya dibopongnya ke ranjang.“ Uhhhhhhh….” Saya kembali mendesah dikala dia membebaskan penisnya dari kemaluanku. Di tempat tidur saya cuma dapat tergolek lemas, tetapi saya masih ingat permohonan dia yang mau dibantu buat dapat berejakulasi olehku. Oleh sebab itu kucoba mengangkangkan kakiku supaya jadi isyarat kalau saya masih siap menyongsong lagi dia biar menggapai ejakulasi. Ngentot Dengan Melly Saya gosok- gosokkan tanganku pada kemaluanku biar senantiasa merekah serta basah. Pak Vincent kemudian naik ke ranjang sembari mengocok- ngocok penisnya hingga ke dekat kemaluanku serta langsung memasukkannya lagi ke dalam liang senggamaku. BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS…………….“ AAAAAAAAAAAAAAAA.. HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……” Penis pak Vincent betul- betul dapat mendatangkan kenikmatan bagiku meski saya amati tidak sangat besar ataupun panjang ukurannya.“ Euuhhhhh…. euhhhhh…euhhhh…. euhhhh…euhhhh…” saya terus melenguh dikala pak Vincent mulai memompakan penisnya dari atas tubuhku.“ Ooooohhhh…ohhhhh…. bapppaaa…. teruss…paaa…auhhhhh… aaaahhh” saya meracau Pak Vincent memompa terus menjadi kencang serta kemaluanku terus menjadi basah apalagi mulai banjir mengalir keluar. CROK…CROK…. CROK…. CROK…. CROK…. Kudengar suara penis pak Vincent yang menembus kemaluanku yang telah sangat basah“ Ohhhhh…ohhhh…. paaaaa…. Mely mauuu dapet lagiiii…. ooohhhh” Saya beranikan buat melingkarkan kakiku pada pantanya dia buat menolong tekanan dikala memompa penisnya.“ AAAAAAARRRRRRRRRRRRRR… KKKKKKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHHH…..” Saya kembali mengerang dikala orgasme keduaku tiba Saya coba menekan kakiku yang melilit pantat dia biar dapat menikmati orgasmeku tetapi warnanya dia pula lagi menunggu ejakulasinya yang telah dekat.“ Melyyyy…. aku hendak semprotkan di dalam…. AHHH…AHHH…AHHH…ahhh…. ahhhh…. ahhh” Teriak dia sedikit tertahan SRRROOOOOT….. SROOOOOT…. SROOOOTTTT…. srrrt…. srrrt…. srrrt… kurasakan semprotan air sperma bossku yang lagi menaburkan benihnya di rahimku.“ Ahhhhhhhhhhhhh…..”

 Pak Vincent mendesah lega sehabis seluruh air maninya keluar Kami kemudian berciuman serta berpelukan dengan mesra semacam sejoli pacar bukannya boss besar dengan karyawan tingkat bawahnya.“ Kalian dapat menikmatinya sayang?” Tanya pak Vincent dengan lembut membuka obrolan dengan senantiasa menindihku serta tanpa menarik penisnya dari kemaluanku.“ Dapat pak, lezat sekali malah… asalnya Mely khawatir sekali…tapi jika tau bakal lezat seperti ini Mely udah ingin dari dulu- dulunya” Cerocosku panjang lebar“ Emangnya kalian ga apa- apa aku setubuhi?” Pak Vincent keheranan dengan jawabanku“ Untuk orang semacam Mely, bapa udah milih Mely buat disetubuhi saja rasanya udah gimana gitu….” Jelasku“ Sebenernya waktu bapa ngajak Mely ke Garut buat sewa kamar rendam, Mely udah merasa tentu ujung- ujungnya bakal diajak bersetubuh” Sambungku sembari tanganku mensterilkan bercak lipstikku yang melekat di pipi serta dekat bibir dia“ Mely ngerti lah jika orang yang udah gede mandi bareng bakal mengapa…”“ Jadi waktu Mely iyain, itu maksudnya telah tercantum kesediaan Mely disetubuhin ayah” Kataku agak manja“ Jika Mely masih perawan bisa jadi dapat lain ceritanya ataupun bisa jadi pula tetep sama”.“ Malah yang Mely sangat takutkan bukan disetubuhinya, tetapi khawatir tidak dapat memuaskan ayah ataupun membuat ayah marah” Sambungku“ Mely tidak ketahui, orang- orang gede semacam ayah itu maunya apa jika lagi bersetubuh”“ Jika orang- orang kecil semacam suaminya Mely mah mudah sekali nebak maunya” Saya masih nyerocos“ Mely tinggal ngangkang ia langsung tembak, berakhir…mmmmpppphhhhhh” Pak Vincent cuma tersenyum kemudian mencium bibirku buat menghentikan omonganku yang menggelontor nyaris tidak menyudahi. Kami kembali berciuman mesra dengan memainkan lidah tiap- tiap dari metode menciumnya saya dapat belajar ciuman yang dalam serta membangkitkan gairah. Sepanjang ini saya cuma berciuman dengan suamiku cuma mengadukan bibir saja serta sangat banter semacam bertukar ludah.“ mmmmmmpppphhhhhhh…. ahhhh… mpppppphhhhhhh……ohhhhhh….. mpppphhhh” Dikala berciuman saya tidak dapat menahan desahanku sebab penis pak Vincent meski telah tidak sekeras tadinya kurasakan berkedut- kedut di dalam liang senggamaku sehingga memunculkan rasa geli yang nikmat.

Saya setelah itu membalasnya dengan menggerakkan otot kemaluanku buat meremas- remas penisnya dengan gemas sembari tanganku menekan- nekan pantatnya.“ Ahhhhhh….” Desahku dikala pak Vincent mencabut penisnya dari kemaluanku serta tiduran di sampingku. Saya berupaya memberanikan diri merebahkan kepalaku di dadanya berharap dia bersedia memelukku, nyatanya dia menyambutku dengan mesra, bukan cuma membalas pelukanku namun pula membelai- belai badan serta rambutku. Bossku itu pula memohon saya merapikan bulu kemaluanku sebab dia lebih bahagia bulu yang apik tipis serta memohon waktu nanti kami bersetubuh lagi telah berganti. Meski suamiku sesungguhnya lebih suka kemaluanku berbulu rimbun, tetapi saya memilah hendak menuruti keinginan pak Vincent saja serta saya hendak cari alibi buat suamiku.

Terlebih dari kata- katanya itu maksudnya dia ingin mengajakku bersetubuh lagi di lain waktu yang membuat hatiku terus menjadi berbunga- bunga. Sehabis lumayan istirahat, kami kemudian mandi berendam bareng di bak air panas yang ada di kamar mandi hotel. Kami berendam sembari berpelukan, pak Vincent memelukku dari balik sehingga tangannya dapat memeluk sembari memainkan kemaluanku, meremas- remas payudaraku serta memainkan putting susunya.“ Geli paaakk…. ohhhhh…hhhhhh…. shhhhhhhhh” Saya mulai mendesah serta mendesis dikala pak Vincent menciumi leher serta kupingku sebaliknya jarinya mulai dikeluarmasukkan ke dalam liang senggamaku yang terendam air. Tanpa siuman badanku mulai menggeliat- geliat sebab rangsangan yang dicoba dia. Saya pula merasakan penis bossku itu mulai membeku di balik punggungku sehingga membuatku terus menjadi terangsang.“ Ohhhhhh…. bapaakk…Mely pengen disetubuhi lagi…shhhhhhh” Saya memberanikan diri memohon dia menyelesaikan birahiku yang telah hingga keubun- ubun. Dia kemudian mencabut jarinya dari liang senggamaku serta mengangkut pantatku sedikit sehingga penisnya dapat ditunjukan pada kemaluanku dari arah balik. BLESSSSSSSSS………..“ OOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHH……………….. nikmat sekali pakkk” Erangku menyongsong masuknya penis dia ke dalam tubuhku.“ Euhhhhh…. euhhhhh…euhhhh… euhhhhhh…euhhhh” Saya coba berinisiatif menggerak- gerakkan tubuhku naik turun di dalam air sembari berpegangan pada pinggir bak. Gerakan naik turunku memunculkan gelombang pada air bak yang kian lama terus menjadi bergolak tidak tertib semacam pula gairah kenikmatanku yang terus terus menjadi bergelombang naik.“ Heeeehhhhhh…. Heehhhhh…. Heeehhhhh…. Heeehhhhh…” saya berupaya menaikkan tempo gerakanku tetapi senantiasa saja hambatan air membuat gerakanku semacam gerakan slow motion di filem- filem. Pak Vincent mengimbangi gerakanku dengan menaik turunkan pinggulnya sebaliknya tangan kanannya terus menjadi gencar meremas- remas payudaraku dari arah balik serta tangan kirinya memainkan kelentitku.“ Oooohhhh…. ohhhh…. ohhhhh…. ohhhh…. ohhhh….. ohhhhh” Gerakanku terus menjadi liar dengan rangsangan dari dia“ Meeellyy DAPEETTTTT LAGI….. OHHHHHHHHHHHHHH” Saya menjerit dikala menemukan orgasme awal di dalam air. Saya menyudahi menggerakkan tubuhku buat menikmati gelombang orgasmeku yang luar biasa bagiku dengan napas agak tersenggal- senggal.

 Pak Vincent masih menggerak- gerakkan pinggulnya sehingga penisnya senantiasa naik turun di dalam liang senggamaku, tangannya di silangkan di dadaku sembari meremas kedua payudaraku dengan lembut. Bibirnya yang hangat kurasakan menciumi tengkuk serta punggungku kesekian ulang memenuhi kenikmatan yang kurasakan. Pak Vincent memintaku memutarkan tubuh biar posisi kami jadi silih berhadapan dengan penisnya masih terdapat dalam kemaluanku. Kami berciuman sembari saya memeluknya, sebaliknya tangan dia memegang kedua buah pantatku sembari senantiasa menaik turunkan pinggulnya. Pelan- pelan gairahku mencuat kembali serta mulai mengimbangi gerakan pinggulnya dengan menggerakkan pinggulku sendiri naik serta turun.“ Ahhhh…. Mmmmmppphhhhhhh…… oohhhhhhh….. mmppppphhhh…” Kami meneruskan bersetubuh sembari terus berciuman. Kian lama ciuman kami kian panas, bibir kami silih melumat serta game lidah yang terus menjadi liar. Gerakan penis pak Vincent terus menjadi agresif, penisnya dengan keras menyodok- nyodok ke dalam liang senggamaku sebaliknya pantatku ditekannya kebawah oleh tangan dia.“ Ohhhhhh…. ohhhhh…. ohhhhhh…. paaaa…. ohhhhh…. baapaakk…. aduuuhhhhh…” Saya cuma dapat mengerang nikmat tanpa berbuat apa- apa sebab pak Vincent mengambil alih kendali.“ Mellyy…. Aku ingin keluarrrrrr” pak Vincent mengerang Saya rasakan badan pak Vincent bergetar keras sebaliknya penisnya berdenyut- denyut dengan tidak kalah kerasnya. SROOOOOOTTT…SROOOTTT……. SROOOTTTT…semprotan demi semprotan air sperma bossku kembali membanjiri rahimku“ A.. a.. aahhhh.. a.. a.. aahhhh…” pak Vincent mengerang tertahan Meski saya ltidak menemukan orgasme lagi yang berbarengan dengan ejakulasinya pak Vincent, saya senantiasa merasa puas sebab telah menemukan orgasmeku tadi.


Saya kemudian menciumi serta membelai- belai wajah bossku yang nampak lumayan keletihan sehabis bersetubuh denganku di air panas. Otot- otot liang senggamaku kembali saya kontraksikan buat memijat- mijat penis pak Vincent yang pula lagi keletihan di dalam tubuhku. Bossku itu kelihatannya sangat suka dengan apa yang saya jalani, dia kemudian membalas ciumanku serta memelukku dengan mesranya. Dia setelah itu menciumi segala wajahku, leherku serta payudaraku dan menghisap- hisap putingnya sembari mengucapkan kepuasannya bersetubuh denganku. Bagaikan perempuan pasti saja saya merasa bangga dapat memuaskan dia yang ialah bossku tiap hari meski sesungguhnya saya pula sangat puas sebab menemukan kenikmatan yang lebih besar dari yang saya biasa bisa jika berhubungan tubuh dengan suamiku sendiri.

Dengan posisiku senantiasa“ menunggangi” dia kami mengobrolkan bermacam perihal, mulai dari pekerjaan hingga yang berkaitan kehidupan individu tiap- tiap, pasti saja sembari diselingi berciuman mesra. Pak Vincent pernah bertanya apakah saya pake pengaman, waktu saya balas dengan persoalan mengapa baru bertanya saat ini sementara itu dia telah 2 kali menebar benihnya? Dia menanggapi sembari tertawa kalau sebab saya telah memiliki suami hingga ia tidak sangat takut jika saya jadi berbadan dua karenanya. Saya memanglah saat ini mengenakan IUD bagaikan pengaman sebab belum merancang memiliki anak lagi. Setelah itu iseng- iseng dia saya tanya, jika saya lepas IUDnya apakah ia ingin menghamili saya? Jawabannya lumayan mengagetkan tetapi sangat menyenangkanku sebab dia bersedia“ menyumbang” benihnya namun tidak ingin menikahiku. Namun dia bersedia berkomitmen buat menolong bayaran“ anak biologisnya” itu.


Sehabis berakhir berendam, kami kemudian mensterilkan tubuh serta berpakaian lagi buat bersiap- siap kembali sebab suamiku telah hendak menjemputku di tempat seminar tadi. Di tengah ekspedisi pak Vincent memintaku melaksanakan oral seks, sebab saya belum sempat melaksanakannya dia kemudian membimbingku menimpa metode melaksanakannya. Sesampainya di tempat parkiran tempat seminar, pak Vincent belum pula berejakulasi yang memaksaku buat lebih kasar mengemut penisnya. Kesimpulannya dia dapat ejakulasi serta memintaku meminum segala air maninya hingga habis. Nyatanya suamiku pula telah terdapat ditempat parkiran menjemputku sehingga membuatku agak panik serta dengan terburu- buru saya lekas merapikan pakaian serta rambutku dan mengenakan lipstik lagi yang sudah lenyap melekat di penis pak Vincent.



 Sehabis seluruhnya apik kembali saya keluar dari mobil pak Vincent serta ambil jalur memutar dari parkiran yang tidak nampak suamiku buat masuk ke tempat seminar. Saya setelah itu mendatangi suamiku seolah- olah baru berakhir seminar serta mengajaknya berkenalan dengan pak Vincent… bossku di kantor serta di ranjang.
AGEN POKER QQ